Menanti Sebuah Janji

Renungan Adven, 18 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 18, 2022
Stephen Crotts

Minggu 4: Imanuel


Saat kita berjalan menyelami peristiwa-peristiwa seputar Kelahiran Yesus, kita merenungkan Inkarnasi. Yesus—Allah yang Perkasa, Raja Damai, Terang Dunia—menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dinubuatkan Yesaya, Ia berarti ”Allah beserta kita.” Yesus adalah Imanuel.

Baca Lukas 1:5–25

Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Lukas 1:13

Perjanjian Lama ditutup dengan janji tentang seseorang yang akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya. Kata-kata yang mengakhiri kitab Maleakhi tersebut bergema selama berabad-abad dalam keheningan. Dalam masa penantian antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Allah kita yang perkasa sedang menyiapkan panggung dunia yang penuh gejolak bagi kedatangan Sang Raja Damai.

Segala sesuatu ada waktunya, dan Lukas 1 adalah sebuah tapestri yang rumit dari penetapan-penetapan ilahi. Latar belakangnya merupakan suatu waktu yang ditetapkan dalam sejarah: pada masa pemerintahan Herodes. Zakharia ditetapkan untuk melakukan tugas keimaman sekali seumur hidup. Tahun-tahun infertilitas yang panjang bagi Elisabet adalah sebuah situasi mustahil yang ditetapkan untuk menyiapkan kelahiran Yohanes Pembaptis secara ajaib. Garis keturunan imam dari pasangan itu adalah warisan yang ditetapkan untuk membesarkan seorang putra yang diurapi. Dan Gabriel adalah utusan yang ditetapkan untuk memberitahukan tujuan yang ditetapkan Allah bagi Yohanes Pembaptis.

Ketika mereka masih muda dan memulai hidup bersama, Zakharia dan Elisabet mungkin memiliki ekspektasi penuh harapan tentang masa depan mereka. Namun seiring bulan-bulan ketidaksuburan berubah menjadi menahun, harapan untuk memiliki anak pun memudar dan terasa seperti beban “aib” (Luk. 1:25).

Saat kita diperkenalkan dengan pasangan ini, mereka sudah “sangat tua” namun mereka tetap terus berjalan bersama Tuhan. Kesetiaan ini layak mendapatkan pujian penghargaan kita—daripada kritikan terhadap momen ketidakpercayaan Zakharia. Lagipula, pria tua ini sudah sangat akrab dengan kekecewaan.

Zakharia telah bertekun dalam doa melewati tahun-tahun yang tampaknya gelap dan senyap. Akan tetapi pada hari itu, saat ia melakukan tugas keimaman yaitu menyalakan api untuk membakar ukupan, tampaklah Gabriel dan memberitahukan bahwa Tuhan telah mengabulkan doanya. Ternyata Tuhan senantiasa menyertai Zakharia—sekalipun surga tampak senyap. Sang Terang Dunia tidaklah lupa; Ia berdaulat mempersiapkan sejarah sesuai waktu yang telah ditetapkan.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Kisah Zakharia dan Elisabet memberi kita perspektif tentang masa penantian kita sendiri. Kita diingatkan bahwa tidak ada tanggal kadaluarsa pada doa-doa kita. Kesetiaan pasangan ini berkembang menjadi musim sukacita yang memberi kehidupan ketika janji Tuhan digenapi melalui anak mereka, sang perintis bagi Mesias.

Akan tetapi saat kita menyelami kisah mereka, janganlah mengabaikan tahun-tahun infertilitas mereka. Kita juga perlu menyelami bagian hidup mereka yang menyakitkan ini. Sebab dalam kesedihan panjang mereka, kita melihat iman mereka yang kuat.

Elisabet mengerti bahwa dalam mukjizat ini, Tuhan telah menunjukkan kemurahan hati-Nya yang istimewa. Banyak tokoh Alkitab tidak menerima apa yang mereka harapkan atau apa yang telah dijanjikan kepada mereka di dunia ini (Ibr. 11:39). Penggenapan akhir dari iman mereka berada di luar jangkauan mereka—demikian pula bagi kita. Adven ini, dalam penantian kita, terdapat gambar yang lebih besar yang sedang dilukis—pada waktu yang telah ditetapkan Tuhan. Imanuel—Tuhan beserta kita—masih setia pada janji-Nya hingga kini.

Dorena Williamson adalah pendiri gereja, pembicara, dan penulis ColorFull, The Celebration Place, Crowned with Glory, dan Brown Baby Jesus.

Renungkan Lukas 1:5–25.


Bagaimana Anda memandang kesetiaan dalam cerita ini? Kesetiaan Zakharia dan Elisabet? Kesetiaan Tuhan? Bagaimana Anda melihat kedaulatan Tuhan? Kehadiran Tuhan?

Diterjemahkan oleh Helen Emely.

Ia Bercahaya di dalam Kegelapan

Renungan Adven, 17 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 17, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca Yohanes 1:1–18

Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita. Yohanes 1:14

Rasul Yohanes mengkontekstualisasikan catatannya tentang kata-kata dan perbuatan sahabat baiknya, Yesus, dengan sebuah prolog yang penuh dengan gairah dan keajaiban. Yohanes ingin memberitahu kita bahwa Yesus adalah Sang Firman Allah. Dia ada bersama Allah pada saat penciptaan dunia. Dia juga adalah Allah. Dia adalah hidup itu sendiri, dan hidup itu adalah terang dunia.

Kemudian di ayat 5: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Setidaknya itulah terjemahan dari yang tertulis di Alkitab NIV edisi 2011 punya saya. Akan tetapi ada satu hal yang mencolok: NIV edisi lama saya (terjemahan 1984) tertulis berbeda. Dikatakan, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan belum memahaminya.”

Kata Yunani yang secara alternatif diterjemahkan sebagai “menguasai” dan “memahami” adalah katalambanó—yang berarti “memegang” atau “memahami.” Kita butuh lebih dari satu kata dalam bahasa Inggris untuk mencoba mengartikan maksud sepenuhnya dari apa yang ingin dikatakan oleh Yohanes.

Yohanes telah melihat Sang Terang Dunia dengan matanya sendiri. Ia pernah pergi memancing bersama-Nya. Ia pernah makan bersama-Nya. Ia pernah berdoa bersama-Nya. Dan ia pernah menyaksikan-Nya menanggung kematian yang paling mengerikan dan kemudian hidup kembali. Jadi Yohanes tahu bahwa tidak ada kegelapan di alam semesta ini yang dapat secara permanen menangkap dan mengalahkan Terang ini. Kegelapan tidak mampu menguasai-Nya.

Akan tetapi Yohanes juga tahu bahwa pikiran manusia, bila dibiarkan sendiri, tidak dapat sepenuhnya memahami kasih yang ditawarkan melalui fakta yang menakjubkan dari Inkarnasi. Kegelapan tidak mampu memahami-Nya.

Prolog Yohanes memuncak dengan perenungan yang menakjubkan tentang sejauh mana Tuhan telah melangkah demi menjangkau kita dengan kasih-Nya yang menerangi. “Firman itu telah menjadi manusia,” tulisnya, “dan diam di antara kita.” Atau, seperti yang diterjemahkan oleh parafrasa The Message, Firman yang berdarah-daging itu “berpindah ke lingkungan sekitar kita.”

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Allah yang Perkasa datang dalam rupa bayi manusia yang sangat rentan. Raja Damai membiarkan diri-Nya dilahirkan ke dalam dunia yang penuh dosa dan kekacauan—Tuhan menjadikan diri-Nya dapat dipeluk, dapat dilukai, dapat dicium, dan dapat dibunuh!

Hanya Terang Dunia yang dapat memberi kita kekuatan untuk mulai memahami apa yang telah Tuhan tawarkan kepada kita melalui kelahiran Yesus. Jadi, dalam masa Adven ini, marilah kita memanjatkan doa yang diucapkan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus (3:17-18; terjemahan dari NIV), agar kita, “berakar serta berdasar di dalam kasih, beroleh kuasa, bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.”

Carolyn Arends adalah artis, penulis, dan direktur pendidikan untuk Renovaré. Album terbarunya adalah In the Morning.

Renungkan Yohanes 1:1–18.


Apa yang ditekankan perikop ini tentang Sang Firman? Tentang Yesus sebagai Terang Dunia? Tentang Inkarnasi? Pertanyaan, pemikiran, atau perasaan apa yang muncul dalam benak Anda? Ungkapkanlah respons Anda kepada Tuhan di dalam doa.

Diterjemahkan oleh Timothy Daun.

Kristus di Sepuluh Ribu Tempat

Renungan Adven, 16 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 16, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca 2 Korintus 4:4–6 dan Efesus 1:15–23; 5:8–11

Sebab Allah, yang telah berfirman, “Dari dalam gelap akan terbit terang!",Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. 2 KORINTUS 4:6

Dalam Alegori Gua yang terkenal dari Plato, orang-orang yang dirantai dalam penjara, menatap ke dinding dengan pancaran terang api dari belakang mereka. Tanpa mereka sadari, boneka-boneka dan objek-objek yang bergerak di belakang mereka menciptakan bayangan yang mereka lihat di dinding. Mereka percaya bahwa bayangan-bayangan itu adalah kenyataan. Mereka tidak tahu bahwa ada dunia yang terang benderang di luar sana. Bahkan ketika orang lain memberi tahu mereka tentang dunia yang nyata, mereka tetap tidak ingin meninggalkan gua itu.

Alegori itu mengingatkan saya pada kata-kata Paulus: “yaitu orang-orang yang tidak dipercaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah" (2Kor. 4:4). Sebaliknya, ketika kita dilahirbarukan di dalam Kristus, kita menjadi anak-anak terang—yaitu anak-anak dari dunia yang diterangi (Ef. 5:8). Allah menerangi hati dan pikiran kita melalui Injil sehingga kita dapat melihat Kristus dalam kemuliaan-Nya. Saat kita mengarahkan pandangan kita pada Yesus dan tetap tinggal di dalam Dia, Tuhan secara bertahap menempatkan segala sesuatu dalam perspektif yang tepat. Hasilnya adalah baik gereja secara kolektif maupun orang-orang secara individual akan lebih mampu membedakan yang baik dari yang jahat. Kita bertumbuh untuk melihat dan memahami keindahan, kebaikan, dan kebenaran dengan saksama—untuk melihat dunia dan orang-orang dengan benar. Tidak diragukan lagi, kita membutuhkan satu sama lain untuk tetap berada di dalam terang agar mengalami shalom Tuhan—untuk melihat dan mencintai.

Efesus 5:9 mengungkapkan sesuatu yang sangat indah tentang buah yang lahir dari terang. Buahnya adalah “segala kebaikan, keadilan dan kebenaran.” Ketika kita menatap wajah Kristus, kita mulai melihat Dia lebih dan lebih lagi di dalam hidup kita dan di dunia kita. Kita melihat Yesus hadir dalam ribuan cara dan di berbagai tempat—bahkan terkadang secara tidak terduga. Kita dimampukan untuk melihat kebaikan, keadilan, dan kebenaran hadir dalam keadaan yang sulit atau menyakitkan sekalipun. Demikian pula dengan orang-orang lain, mereka akan melihat kebajikan ini termanifestasikan dalam kehidupan kita dan mereka bersyukur kepada Tuhan.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Pengetahuan yang diwahyukan kepada kita melalui Allah yang menerangi hati kita, akan memenuhi kita dengan sukacita yang melimpah dan harapan yang bertahan lama (Ef. 1:18). Inilah harapan kita untuk saat ini karena “hebat kuasa-Nya” yang kita miliki melalui Roh untuk melakukan kehendak Tuhan di dunia (ay.19). Harapan ini lebih jauh ditopang oleh pengetahuan bahwa Tuhan selalu ada bagi kita. Dan kita juga memiliki harapan untuk masa depan karena kita melihat sekilas warisan mulia kita.

Sungguh, saat kita tinggal di dalam Kristus dan terhubung satu sama lain, kita tahu secara mendalam bahwa kejahatan adalah dunia yang palsu, yang hanyalah bayangan. Seperti yang dijelaskan oleh Gerard Manley Hopkins dalam puisinya As Kingfishers Catch Fire, kita bertumbuh untuk melihat Kristus termanifestasikan “di sepuluh ribu tempat” dan kemuliaan Allah bersinar di mana-mana. Inilah terang Adven.

Marlena Graves adalah profesor formasi spiritual di Northeastern Seminary. Dia adalah penulis beberapa buku, termasuk The Way Up Is Down.

Pertimbangkan 2 Korintus 4:4–6 dan Efesus 1:15–23; 5:8–11.


Bagaimana ayat-ayat ini menggambarkan seperti apa iluminasi rohani itu? Bagaimana iman kepada Yesus—Sang Terang—menerangi hidup Anda sendiri?

Diterjemahkan oleh Paul Sagajinpoula.

Dilepaskan dari Kegelapan

Renungan Adven, 15 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 15, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca Kolose 1:9–14 dan 1 Petrus 2:9

Kamulah bangsa yang terpilih… supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib. 1 PETRUS 2:9

Takut akan gelap adalah suatu insting alamiah. Kita tahu bahwa hal-hal buruk terjadi di balik kegelapan. Demikian pula halnya dengan kegelapan rohani. Alkitab memberi tahu kita bahwa ranah kegelapan adalah di mana perbuatan sia-sia bersemayam dan di mana kefasikan serta kejahatan tinggal (Ef. 5:8-12). Jika kita berada di bawah kendali kegelapan, kita tidak memiliki persekutuan dengan Allah (1Yoh. 1:5-7).

Akan tetapi Yesus datang untuk membebaskan mereka yang dibutakan oleh kegelapan—untuk membebaskan kita! Kini, sebagai orang-orang yang tinggal dalam terang Kristus, kita berusaha untuk hidup sebagaimana layaknya seorang pengikut Yesus. Kita berjalan dengan penuh penyembahan, mengucap syukur atas warisan besar yang kita miliki sebagai ahli waris Kristus.

Sejak permulaan, Allah berfirman, “Jadilah terang,” maka terwujudlah siang hari (Kej. 1:3). Allah juga berfirman, “Jadilah terang” dalam kehidupan kita, terang yang bukan mengacu pada alam semesta melainkan terang Injil di dalam hati kita yang memampukan kita untuk melihat kemuliaan Kristus (2Kor. 4:6). Sang Terang Dunia itu sendiri turun ke dalam kegelapan dunia ini, ke dalam kegelapan hati kita, dan membuka mata kita supaya kita dapat menyatakan puji-pujian kepada Dia yang memanggil kita keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib. Dalam terang itulah terdapat kebenaran, kedamaian, dan sukacita.

Sebagai warga kerajaan terang Kristus, kita memiliki penebusan, pengampunan, dan persekutuan dengan Allah. Dia menjadikan kita—yang pernah menikmati kegelapan—sebagai milik-Nya yang berharga.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Allah memilih suatu umat yang akan menjadi milik kepunyaan-Nya dan mencerminkan karakter kudus-Nya. Dia memilih suatu umat yang akan merangkul dan melampaui perbedaan etnis, yang menyatakan segala pujian bagi Dia dalam indahnya keberagaman keluarga-Nya. Dia memilih suatu umat yang akan diberikan hak istimewa dan berkat penuh sebagai imamat orang percaya—yaitu, akses langsung ke hadirat Allah. Tabir yang dulu pernah melarang kita untuk mendekat kepada Allah telah dirobek sehingga “jalan yang baru dan yang hidup” akan terbuka bagi kita melalui Kristus (Ibr. 10:20). Dia memilih suatu umat yang akan selalu Ia sambut dalam hadirat-Nya sepanjang waktu—umat yang akan menyatakan segala pujian bagi Dia seiring kita mempersembahkan kurban rohani kepada Tuhan, baik secara individu maupun kelompok.

Pada minggu Adven ini, kita merayakan Dia yang dijanjikan itu, yang akan membebaskan kita dari kegelapan, memanggil kita ke dalam terang-Nya yang ajaib sehingga kita dapat bersukacita di dalam Sang Anak dan menyatakan pujian-pujian bagi Dia.

Kristie Anyabwile adalah penulis Literally: How Understanding Bible Genress Transforms Bible Study dan editor His Testimonies, My Heritage.

Renungkan Kolose 1:9–14 dan 1 Petrus 2:9.


Apa artinya bagi Anda untuk hidup sebagai bagian dari kerajaan terang? Bagaimana Yesus, Sang Terang, memberi Anda pengertian dan tujuan?

Diterjemahkan oleh Paul Sagajinpoula.

Terang yang Menakutkan dan Membebaskan

Renungan Adven, 14 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 14, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca Yohanes 3:16–21

Barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah. Yohanes 3:21

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia …

Kemungkinan besar Anda dapat menyelesaikan kalimat tersebut tanpa berpikir dua kali. Yohanes 3:16 bisa dibilang merupakan ayat yang paling terkenal dalam Alkitab—tetapi ayat ini tidak berdiri sendiri. Meskipun ayat-ayat lain dari Yohanes 3 ini kurang terkenal, namun ayat-ayat tersebut memberi kita suatu kebenaran yang menenangkan dan penuh harapan:

Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang…. Tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah. (ay. 19, 21)

Pengalaman manusia adalah percampuran paradoks dari cinta akan kegelapan dan kebutuhan akan terang. Dan realitas ini bukan hanya benar di luar sana, di antara manusia yang berdosa. Realitas ini juga benar di sini—di hati, pikiran, dan jiwa saya, dan Anda. Rasul Paulus dengan tepat menggambarkan ketegangan yang meluas dan universal ini, “Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat” (Rm. 7:15). Kita semua pernah mengalami hal ini. Bahkan kita masih mengalaminya.

Terang dapat menyingkapkan dan menerangi, membuatnya menjadi menakutkan dan membebaskan secara simultan. Fisikawan Amerika Richard Feynman berkata, “Prinsip pertama adalah Anda tidak boleh membodohi diri sendiri—dan Anda adalah orang yang paling mudah untuk dibodohi.” Jika pernyataan dia benar—dan saya yakin dia benar—maka terang yang menakutkan dan membebaskan inilah yang kita butuhkan. Terang ini menyingkapkan kesombongan kita dan menerangi rasa malu kita, yang telah melanda kita sejak awal kisah manusia.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Dalam narasi penciptaan di kitab Kejadian, Tuhan menciptakan dunia yang baik dan menempatkan Adam serta Hawa sebagai pusat ciptaan, sebagai pembawa citra-Nya, yang dipanggil untuk menghasilkan potensi terbaik bumi. Akan tetapi ketika manusia pertama ini berdosa terhadap Tuhan, hal itu disebabkan karena mereka percaya kebohongan bahwa mereka bisa menjadi “seperti Tuhan” (Kej. 3:5). Inilah kesombongan. Dan kesombongan itu pasti mengarah ke mana? Langsung menuju rasa malu. “Aku menjadi takut karena aku telanjang. Sebab itu aku bersembunyi,” kata Adam (3:10).

Yesus, Sang Terang, telah datang untuk membebaskan kita dari gelapnya kesombongan dan rasa malu. Terang telah datang untuk memberi tahu kita kebenaran—bahwa kita diampuni, diterima, dikasihi. Sang Terang telah datang untuk membatalkan malapetaka akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa dan untuk memberlakukan dunia baru yang baik dari Tuhan, di mana kita semua bisa tinggal di dalamnya.

Jay Y. Kim melayani sebagai gembala jemaat di WestGate Church. Dia adalah penulis Analog Church dan Analog Christian serta tinggal di Silicon Valley bersama keluarganya.

Renungkan Yohanes 3:16–21.


Seberapa menakutkannya terang Tuhan? Bagaimana terang itu dapat membebaskan? Bagaimana konteks jauh dari ayat 16 memperdalam pemahaman Anda tentang identitas dan tujuan Yesus?

Diterjemahkan oleh Joseph Lebani.

Sang Terang Memimpin Kita Pulang

Renungan Adven, 13 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 13, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca Yohanes 8:12

Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup. Yohanes 8:12

Pelukis Inggris abad ke-19 J.M.W. Turner terkenal karena pencahayaan yang menakjubkan dalam lukisannya. Jika menatap cukup lama pada lukisan-lukisan seperti Snow Storm, Frosty Morning, dan—lukisan favorit saya—Fishermen at Sea, orang akan merasa bahwa Turner melukis dengan api seperti halnya cat minyak dan cat air. Pendeta dan artis, Michael Milton, mencatat, “Bagi Turner terang itu bukan sekadar cahaya biasa, melainkan terang yang menuntun para pengamatnya menuju pencarian akan makna.” Dalam karya seni sang master ini, cahaya bukanlah akhir dari segalanya—melainkan merupakan sebuah undangan menuju pengharapan, keindahan, dan makna itu sendiri.

Ketika berjalan di sekitar lingkungan kami pada malam yang dingin selama masa Adven, kami terpesona dengan untaian lampu Natal. Dalam beberapa tahun terakhir, melihat untaian lampu-lampu tersebut melalui sudut pandang kedua anak saya yang masih kecil telah membangkitkan sesuatu dalam diri saya yang telah hilang selama ini karena sinisme halus namun berbahaya yang sering muncul seiring bertambahnya usia: kerinduan. Terang adalah sebuah keajaiban karena mengandung sesuatu yang cemerlang namun terselubung di balik kegelapan, menanti untuk ditemukan, berdetak bersama kehidupan, dan akan segera tersingkap di hadapan kita.

Dalam Yohanes 8:12, “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: ‘Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.’” Kata-kata di ayat ini saja sudah cukup puitis, tetapi ini bukan sekadar metafora yang menarik. Dalam memberitakan diri-Nya sebagai Terang Dunia, dalam waktu dan tempat yang khusus ini, Yesus sedang membuat suatu pernyataan yang berani dan indah tentang apa yang terselubung di balik kegelapan—dan yang lebih penting, tentang kemampuan dan kemauan-Nya sendiri untuk membawa kita ke sana.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Yesus mengucapkan perkataan ini selama masa hari raya Pondok Daun, suatu perayaan agama Yahudi selama seminggu penuh yang berpusat pada perayaan di kitab Keluaran, ketika Tuhan memimpin umat-Nya keluar dari perbudakan di Mesir dan menuju kebebasan di Tanah Perjanjian. Selama perjalanan panjang mereka melewati padang gurun, Yahweh telah menyatakan diri kepada umat-Nya sebagai tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari (Kel. 13:21–22; 40:38). Untuk mengingat karya tuntunan ilahi ini selama hari raya Pondok Daun, di pelataran Bait Suci api dinyalakan di atas dua pilar setinggi 75 kaki untuk melambangkan tiang api dalam peristiwa Keluaran tersebut. Pada tempat inilah Yesus berdiri di pelataran Bait Suci—kemungkinan dalam terang dari kedua pilar ini—dan menyatakan, “Akulah terang dunia.”

Yesus adalah terang yang menuntun kita melewati padang gurun keputusasaan, penderitaan, dan kehilangan kita. Dia adalah terang yang menghancurkan kegelapan dari ketakutan, kecemasan, dan ketidakpastian kita. Dia adalah Terang Dunia yang agung, yang memimpin kita pulang.

Jay Y. Kim melayani sebagai gembala jemaat di WestGate Church. Dia adalah penulis Analog Church dan Analog Christian serta tinggal di Silicon Valley bersama keluarganya.

Renungkan Yohanes 8:12.


Opsional: Baca juga Yohanes 9:5 dan 12:46.


Menurut Anda, apa yang dipikirkan oleh para pendengar Yesus kala itu ketika Yesus mengatakan hal ini? Bagaimana konteks hari raya Pondok Daun ini memperkaya pemahaman Anda tentang pernyataan Yesus tentang diri-Nya?

Diterjemahkan oleh Joseph Lebani.

Keselamatan dan Kasih

Renungan Adven, 12 Desember 2022

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 12, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca Yesaya 42:1–14; 49:1–15; dan 60:1–3

Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu. Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa. Yesaya 42:6

Kita semua pernah mengalami bagaimana rasanya terbangun dalam kegelapan—momen di mana kita akan berusaha meraih alat penerangan agar kita dapat melihat dunia sekitar kita dengan jelas. Mungkin seperti saya, Anda tidak pernah bisa sepenuhnya menghilangkan rasa takut akan kegelapan itu. Kegelapan adalah ketakutan yang universal karena kegelapan dapat menciptakan suatu ruang yang berbahaya, sedangkan terang membimbing kita menuju kepada keamanan. Apalagi sebelum ditemukannya lampu listrik, kegelapan bisa membuat seseorang mengalami serangan dari musuh atau binatang yang berbahaya.

Karena itu, seharusnya tidaklah mengejutkan kita bahwa terang menjadi metafora yang kuat untuk keamanan dan keselamatan dalam kitab Yesaya ketika ia menggambarkan tentang sang hamba Tuhan yang menggenapi peran ini. Kita melihat gagasan ini dalam Perjanjian Baru ketika Yesus digambarkan sebagai “terang dunia” (Yoh. 8:12; 9:5), yang menggemakan deskripsi tentang hamba Tuhan sebagai terang keselamatan bagi seluruh dunia dalam Yesaya 42, 49, dan 60.

Yesaya menempatkan dua gagasan berdampingan satu sama lain saat ia menggambarkan sang hamba Tuhan: keselamatan global yang berasal dari Tuhan dan keintiman yang mendalam dengan Tuhan. Pada satu sisi, hamba tersebut akan membawa keselamatan dalam skala global. Seperti cahaya matahari yang menyinari bumi dari ujung ke ujung, hamba Tuhan tersebut akan membawa keselamatan bagi semua orang, setiap suku, setiap bangsa (42:6; 49:6; 60:3). Keselamatan ini bersifat multietnis, multikultural, dan tersedia untuk semua orang.

Pada sisi lain, ketika Yesaya menggambarkan keselamatan ini—terang yang global dari hamba tersebut—ia juga menambatkan visi yang luas ini dalam keintiman yang mendalam dengan Allah. Tuhan membentuk hamba tersebut di dalam rahim ibunya (49:5), mengerang seperti perempuan yang melahirkan demi keselamatan umat-Nya (42:14), dan mengingat umat-Nya seperti seorang ibu menyusui yang mengingat bayinya (49:15 ).

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Kita juga dapat melihat kombinasi keselamatan global dan keintiman pribadi ini di dalam Yesus. Yesus adalah pribadi yang membawa terang, yang menghormati perjanjian yang dibuat Allah dengan umat-Nya (42:6). Terang ini memberikan kemerdekaan kepada mereka yang mengalami penawanan (42:7) dan menarik bangsa-bangsa dan raja-raja keluar dari kegelapan mereka menuju terang Yesus (60:2–3).

Terang Yesus juga memberikan harapan yang personal dan khusus bagi mereka yang duduk di ruang bawah tanah yang gelap menunggu pembebasan mereka dan bagi mereka yang mengalami kebutaan (42:7). Terang ini bersinar di hamparan luas di seluruh dunia dan mengintip ke celah terkecil dari rumah kita masing-masing. Inilah Yesus yang kita nantikan selama masa Adven: terang berkilauan yang menerangi dan menguatkan semua orang di seluruh dunia, serta lilin yang menyala di setiap kehidupan kita, yang mengingatkan kita akan kedekatan Tuhan.

Beth Stovell mengajar Perjanjian Lama di Ambrose Seminary. Dia adalah rekan editor Theodicy and Hope in the Book of the Twelve dan penulis dari tafsiran yang akan terbit Minor Prophets I dan II.

Renungkan Yesaya 42:1–14; 49:1–15; dan 60:1–3.


Bagaimana Anda memandang sifat global dari terang Tuhan dalam perikop-perikop ini? Di mana Anda melihat sifat intim dari terang itu? Bagaimana Anda melihat keduanya dalam Yesus?

Diterjemahkan oleh Janesya S.

Terang Telah Bersinar

Renungan Adven, 11 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 11, 2022
Stephen Crotts

Minggu 3: Terang Dunia


Kitab Suci memakai tema gelap dan terang untuk menggambarkan Sang Pribadi yang Dijanjikan—dan Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai terang yang dinubuatkan ini. Di dalam Dia, kita mengalami keselamatan dan iluminasi rohani. Namun Yesus bukan hanya terang bagi kita sebagai individu—Ia adalah terang bagi segala bangsa. Yesus adalah Terang Dunia.

Baca Yesaya 8:21–9:7

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Yesaya 9:2

Dibesarkan di sebuah kota kecil di Alaska, membuat saya sangat terbiasa dengan kegelapan. Dalam musim dingin yang mencekam, sinar matahari hanya ada beberapa jam saja setiap harinya, lalu hari dengan cepat akan berganti menjadi malam yang panjang dan tak kenal ampun. Dan efek kegelapan tersebut melampaui ketidaknyamanan menyekop jalanan untuk mobil di bawah cahaya buatan. Kurangnya cahaya menyebabkan kurangnya harapan. Musim dingin yang panjang di Alaska menyebabkan keterasingan, depresi, dan terkadang keputusasaan. Dalam kegelapan, tidak ada visi, tidak ada arah, dan tidak ada tujuan.

Yesaya 8 menceritakan suatu masa ketika Israel sangat terbiasa dengan kegelapan. Di bawah ancaman invasi oleh bangsa adidaya internasional (Asyur), umat Allah berada di tempat yang penuh dengan ketakutan dan kengerian. Alih-alih berpaling kepada Tuhan sebagai sumber pengharapan, mereka justru menggandakan ketakutan mereka dengan berkonspirasi dan berkonsultasi kepada hal-hal gaib (ay. 12, 19), yang membawa mereka semakin terperosok ke dalam kegelapan.

Namun, di tengah kesukaran ini, nabi Yesaya menyatakan bahwa “bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar.” Terlepas dari segala upaya mereka sendiri untuk mencari jalan untuk keluar dari kegelapan, suatu terang telah bersinar atas mereka. Terang apa ini? Siapa yang bisa membawa harapan di tengah kegelapan yang mencekam? Yesaya menyatakan, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita.”

Meski jelas seorang anak bukanlah tandingan militer Asyur, namun Anak ini berbeda. Anak ini akan tumbuh menjadi Raja yang akan memerintah dengan kebenaran dan keadilan. Meskipun Ia akan memerintah dari takhta Daud, kerajaan-Nya akan meluas sampai ke ujung bumi dan akan berdiri untuk selama-lamanya. Melalui Anak yang diurapi ini, terang itu tidak hanya akan bersinar di tengah kegelapan, melainkan terang itu akan mengalahkan kegelapan tersebut.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Janji yang diberikan oleh Yesaya akhirnya tergenapi ratusan tahun kemudian ketika seorang Anak, seorang Putra, lahir di bawah ancaman negara adidaya internasional lainnya. Yesus adalah Terang Dunia. Sementara dunia kita masih berada dalam kesuraman total, cahaya dari Injil bersinar terang di tengah kegelapan, karena Raja ini berkuasa dengan anugerah dan memerintah dengan kasih. Kerajaan-Nya tidak akan pernah berakhir.

Musim dingin di Alaska sangatlah kejam. Akan tetapi saya belum cerita kepada Anda tentang musim panas. Pada puncak musim panas di Alaska, siang hari berlangsung selama seharian, 24 jam. Tidak ada kegelapan. Semuanya terang. Sukacita begitu berlimpah. Ketika Kristus datang kembali, Dia akan membuat segala sesuatunya menjadi baru. Dan kitab Wahyu memberitahu kita bahwa dalam ciptaan yang baru, cahaya matahari tidak akan diperlukan lagi (22:5), karena kemuliaan Allah akan bersinar lebih terang daripada seribu matahari! Kita akan berjalan dalam terang dan mengalami sukacita sejati dari kerajaan Kristus selama-lamanya.

Jeremy Treat adalah seorang pendeta di Reality LA dan seorang profesor di Biola University. Dia adalah penulis Seek First dan The Crucified King.

Renungkanlah Yesaya 8:21–9:7.


Bagaimana konteks historis dari janji yang besar ini memengaruhi pemahaman Anda? Bagaimana hal tersebut berbicara dalam konteks Anda hari ini?

Diterjemahkan oleh Janesya S.

Yesus Adalah Damai Sejahtera Kita

Renungan Adven, 10 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022

Kumpulan Renungan Adven 2022

Christianity Today December 10, 2022
Stephen Crotts

Minggu 2: Raja Damai


Di tengah penderitaan dan kekejaman dunia, kita berpegang teguh pada pengharapan ini: Suatu hari Yesus akan membawa kedamaian yang sejati dan sepenuhnya. Ia juga membawa kedamaian rohani bagi kita di sini dan sekarang ini, seiring kita mengalami penebusan dan hidup sesuai nilai-nilai kerajaan-Nya. Yesus adalah Raja Damai.

Baca Yohanes 14:27; 16:33; dan Efesus 2:14–18

Karena Dialah damai sejahtera kita. Efesus 2:14

Dua kebenaran bisa bertentangan, namun jika keduanya adalah benar, kita perlu menegaskan keduanya.

Pertama, dunia kita dipenuhi dengan penderitaan dan kesulitan yang nyata. Seperti yang diperingatkan oleh para nabi Perjanjian Lama, pemberontakan kita melawan Allah telah memutarbalikkan diri kita dan dunia kita. Berpura-pura yang sebaliknya berarti kita bersikap naif atau mengeraskan hati. Tuhan tidak meminta kita untuk berbohong tentang kerasnya kehidupan.

Kedua, Yesus adalah damai sejahtera kita—bukan dengan cara yang murahan atau penuh kebusukan, tetapi dengan cara yang bersahaja, penuh pengertian, dan sanggup mengubah alam semesta. Dia adalah satu-satunya jawaban untuk penderitaan dan masalah ini. Dengan diutus oleh Bapa dalam kuasa Roh, Anak Allah menjadi manusia sejati dan seutuhnya. Allah Sumber Damai ini menerobos masuk ke dunia kita yang rusak, menjadi sama seperti kita dan memulai dunia yang diperbaharui, mewujudkan harapan nubuatan para nabi zaman kuno. “Dialah damai sejahtera kita,” karena “dengan mengurbankan diri-Nya sendiri” (Ef. 2:14 BIS) Dia merubuhkan “tembok pemisah, yaitu perseteruan”—bukan hanya antara pendosa dan Tuhan, tetapi juga antara Yahudi dan bukan Yahudi, pria dan wanita, kaya dan miskin, surga dan bumi (Gal. 3:28; Kol. 1:15–22).

Dan kedua kebenaran ini berbenturan.

Yesus adalah damai sejahtera kita, tidak hanya dalam beberapa aspek psikologis, melainkan juga dalam cara yang konkret, yang berlangsung seumur hidup. Dia adalah damai sejahtera kita, bukan dengan membuat kita mati rasa, melainkan dengan mengampuni dan menyembuhkan kita serta merangkul kita ke dalam kasih dan hidup-Nya. Sekalipun dalam kelamnya malam dan saat kebingungan, keraguan, dan kekacauan melingkupi kita, Yesus tetap berkata, “Janganlah gelisah dan gentar hatimu,” dan “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu” (Yoh. 14:27).

Kita mengenali kesulitan dan kehancuran sebagai hal yang menyakitkan dan problematis karena keduanya tidak menyerupai shalom. Walaupun shalom membawa harmoni, kebaikan, dan dunia yang sejahtera, namun kita hidup di tengah peperangan, pengkhianatan, dan keegoisan kita sendiri yang menyesakkan. Akan tetapi sebagai tanggapan atas pemberontakan dan kekacauan kita, Yesus membawa damai sejahtera-Nya, shalom-Nya. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku….

Kuatkanlah hatimu! Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33).

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Dengan mendamaikan kita dengan Allah, Dia adalah shalom kita. Dia adalah harapan Israel dan dengan demikian harapan dunia.

Inilah cara kita memperoleh damai sejahtera di dunia yang penuh dengan masalah ini: Allah, dari luar dunia kita, telah memberi diri-Nya bagi kita sebagai damai sejahtera kita. Kristus, Allah-manusia sejati, adalah damai sejahtera kita: Dia tidak bergantung pada emosi dan keadaan kita yang naik turun. TUhan tidak meminta kita untuk berbohong tentang penderitaan dan masalah atau tentang kebaikan dan kehadiran-Nya di dalam Kristus. Keduanya benar. Jemaat yang dikasihi Tuhan, masalah memang ada, tetapi Kristus adalah damai sejahtera kita di tengah segala persoalan, dan Dia memberi kita perlindungan, kekuatan, dan arahan untuk memperluas damai-Nya kepada dunia yang terluka ini.

Kelly M. Kapic adalah seorang teolog di Covenant College dan penulis atau editor dari banyak buku, termasuk Embodied Hope dan You’re Only Human.

Renungkan Yohanes 14:27; 16:33; dan Efesus 2:14–18.


Bagaimana menyatakan bahwa Yesus adalah damai sejahtera Anda secara konkret di sepanjang hidup—sekalipun di tengah kesulitan hidup yang sangat nyata?

Diterjemahkan oleh George H.S.

Terlahir untuk Terluka

Renungan Adven, 9 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022

Kumpulan Renungan Adven 2022

Christianity Today December 9, 2022
Stephen Crotts

Minggu 2: Raja Damai


Di tengah penderitaan dan kekejaman dunia, kita berpegang teguh pada pengharapan ini: Suatu hari Yesus akan membawa kedamaian yang sejati dan sepenuhnya. Ia juga membawa kedamaian rohani bagi kita di sini dan sekarang ini, seiring kita mengalami penebusan dan hidup sesuai nilai-nilai kerajaan-Nya. Yesus adalah Raja Damai.

Baca Yesaya 52:13–53:12

Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Yesaya 53:5

Ekspektasi meningkat saat umat Tuhan menantikan kedatangan Mesias mereka, sama seperti kita sekarang menantikan perayaan kelahiran-Nya. Namun Nyanyian Hamba yang keempat dalam Yesaya ini lebih seperti sebuah eulogi daripada sebuah pengumuman kelahiran. Ini berbicara tentang Pribadi yang tidak hanya datang, melainkan juga yang diutus. Setiap bagian dari biografi Sang Hamba ini dipenuhi dengan tujuan.

Kisah Sang Hamba ini bukanlah tragedi belaka. Sebaliknya, nyanyian ini dimulai dan diakhiri dengan menegaskan kemenangan dan pemuliaan Hamba itu. Bagian tengah nyanyian itu menjelaskan bagaimana Dia akan berhasil: melalui penderitaan. Secara fisik, Hamba ini akan dirusak, ditusuk, diremukkan, dan dinodai. Secara emosional, jiwa-Nya akan dibebani dengan kepiluan, penderitaan, dan kesedihan yang mendalam. Secara sosial, Ia akan ditolak, dihina, dan ditindas. Tubuh, jiwa, dan relasi-Nya akan dihancurkan. Kehidupan yang tak ternilai namun tak diinginkan ini akan berlangsung singkat, terabaikan, dan tercemar. “Tetapi,” kata Yesaya, “Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan.”

Namun mengapa? Untuk tujuan apa? Oleh karena “ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya.” Bahu-Nya akan menanggung duka dunia, keremukan-Nya akan menghapus rasa bersalah kita, bilur-bilur Dia akan menjamin kesembuhan kita, dan pengasingan serta penghukuman-Nya akan menebus kedamaian kita. Sebagai nubuatan mesianik, nyanyian-nyanyian ini menunjuk pada seorang raja-imam yang dikhususkan, yang suatu hari nanti akan memerintah dan memberi korban persembahan demi umat Allah. Dalam Perjanjian Baru, baik Filipus maupun Petrus melihat Kristus sebagai penggenapan dari nyanyian ini. Filipus menjelaskan Injil kepada sida-sida Etiopia dengan menggunakan bagian ini (Kis. 8:26-40). Petrus memakai nyanyian ini untuk menasihati para pengikut Kristus yang teraniaya agar bertahan karena jalan penderitaan mereka telah dilalui dengan baik oleh Juruselamat mereka (1Ptr. 2:22-24).

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Saat kita merenungkan Yesus sebagai Sang Raja Damai, perikop ini menantang gambaran teduh dan indah yang mungkin terbayangkan dalam pikiran kita. Kedamaian kita dimenangkan melalui kekejaman yang mengerikan terhadap Yesus—kedamaian yang membuat seumur hidup Yesus di dunia dilanda kesedihan, disalahpahami, dan penolakan. Penderitaan inilah yang akan dialami oleh Sang Bayi pembawa damai itu.

Gambaran kita tentang bayi Kristus yang terbungkus lampin dan dipeluk dengan lembut oleh orang tuanya sangatlah kontras dengan kebenaran yang rumit dari Nyanyian Hamba Tuhan ini—bahwa Bapa tidak hanya mengirim Sang Putra menuju kematian dini, melainkan juga merencanakan kematian itu. Sementara sebagian besar orang tua manusia berharap dan berdoa untuk masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka, di sini kita melihat misi kematian yang didorong oleh kasih yang akan menjamin kelangsungan hidup banyak orang. Nyanyian ini tidak hanya menceritakan kepada kita tentang Hamba yang diutus untuk menderita, tetapi juga tentang hati Bapa: yang begitu bersemangat untuk menyelamatkan umat-Nya berapa pun harganya, sekalipun dengan pengorbanan pribadi yang paling memilukan.

Alicia Akins adalah mahasiswa pascasarjana dalam studi biblika di Reformed Theological Seminary di Washington, DC, dan penulis Invitations to Abundance.

Renungkan Yesaya 52:13–53:12. Opsional: Baca juga Nyanyian Hamba ketiga dalam Yesaya 50:4–9.


Bagaimana kekontrasan penderitaan yang digambarkan di sini dengan visi perdamaian Anda? Bagaimana gambaran penderitaan ini mengubah atau memperkaya visi perdamaian Anda?

Diterjemahkan oleh George H.S.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube