Yesus Akan Memerintah

Renungan Adven, 1 Desember 2022.

Christianity Today December 1, 2022
Stephen Crotts

Minggu 1: Allah yang Perkasa


Bayi yang dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di palungan adalah Sang Pencipta yang mulia dan Pemelihara segala sesuatu. Kita mendengar tentang kuasa dan keperkasaan-Nya dalam ajaran Yohanes Pembaptis. Kita menantikan kedatangan-Nya kembali seperti yang dijanjikan dan puncak pemerintahan-Nya. Yesus adalah Allah yang Perkasa.

Baca Matius 24:29–44

Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. Matius 24:44

Beragam pertanyaan muncul karena kata pertama dari perikop ini: “Segera”!

Isi selanjutnya dalam ayat 29-31 hampir selalu dipahami sebagai gambaran kedatangan Kristus kembali, yang dijelaskan secara puitis dalam bahasa Yesaya 13:10 dan 34:4 dengan melibatkan pergolakan kosmik. (Beberapa orang malah menganggap kedatangan Yesus seperti tak terlihat dalam penghakiman melalui penghancuran Roma atas Yerusalem pada tahun 70 Masehi—meskipun gagasan mengumpulkan orang-orang pilihan dari satu sudut dunia ke sudut lain tidak sesuai dengan interpretasi tersebut.)

Kapan Kristus akan kembali? Pesan di Bukit Zaitun ini dipicu oleh murid-murid Yesus yang menanyakan kapan Dia akan datang kembali (Mat. 24:3). Dia pun memerinci daftar panjang tentang apa yang harus terjadi terlebih dahulu (ay. 4–26) dan kemudian mengatakan, yang pada intinya, perhatikanlah semuanya ini agar kamu tahu bahwa waktu kedatangan-Ku sudah dekat, seperti pohon ara yang mulai bertunas menandakan kedatangan musim panas.

Contoh dari "semuanya ini" terjadi pada tahun 70 Masehi, sehingga sejak itu gereja di setiap generasi percaya bahwa mereka akan menyaksikan kedatangan-Nya kembali. Yesus tidak mengatakan bahwa Ia akan kembali pada masa hidup para murid. Ia hanya mengatakan bahwa semua peristiwa persiapannya akan terjadi. “Semuanya ini” di ayat 34 harus sama dengan “semuanya ini” di ayat 33—yang menunjukkan bahwa kedatangan Kristus “sudah dekat” tetapi belum tiba. Jadi kedua bagian itu tidak bisa mencakup kedatangan Dia yang sebenarnya, melainkan hanya tanda-tanda yang mempersiapkan kedatangan-Nya kembali. Ketika Dia datang kembali, Dia tidak lagi hanya “dekat, sudah di ambang pintu,” melainkan Dia telah tiba!

Kita tidak bisa tahu waktu yang tepat dari semua ini, karena itu kita harus selalu siap sedia. Mereka yang tidak siap, akan terperangah karena peristiwa-peristiwa akhir tersebut akan mendadak dan mengejutkan. Jika kita tetap waspada setiap saat, kita tidak perlu khawatir akan si pencuri yang datang tengah malam. Tentu saja, Yesus tidak datang kembali untuk mencuri apa pun dari kita; yang Ia sedang soroti dalam perbandingan ini adalah gagasan tentang ketidakterdugaan.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Namun bagaimana dengan ”segera sesudah siksaan pada masa itu”? Mungkin siksaan di sini adalah siksaan yang mencirikan seluruh periode di antara dua kedatangan Kristus. Lagi pula, 2 Timotius 3:12 menubuatkan tentang penganiayaan bagi semua orang saleh (bahkan di tengah banyak momen sukacita dalam kehidupan Kristen).

Bagaimanapun kita menafsirkannya, inilah kesaksian Yesus sebagai Allah yang Perkasa, yang akan menempatkan segala sesuatu dengan benar pada waktu-Nya yang sempurna. Saat ini, banyak orang Kristen telah menemukan kembali seruan alkitabiah untuk keadilan dalam hidup ini, dan memang demikian—kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk membantu orang lain. Akan tetapi perang, sakit-penyakit, bencana alam, cedera dan kecacatan, kemiskinan, dan hubungan yang rusak, semuanya menuntut kita untuk benar-benar mempercayakan segalanya kepada Tuhan demi penyembuhan dan pemulihan total dalam kekekalan. Lalu dalam skema besar keabadian, bagi kita semua, kedatangan-Nya kembali mungkin akan tampak seakan memang terjadi dengan “segera”!

Craig L. Blomberg adalah profesor emeritus Perjanjian Baru yang terkemuka di Denver Seminary dan penulis banyak buku, termasuk tafsiran Matthew dan Interpreting the Perables.

Renungkan Matius 24:29–44.


Pertanyaan apa yang terpikir oleh Anda dari perikop ini? Perasaan apa yang ditimbulkan dari perikop ini? Berdoalah, renungkan bagaimana perikop ini mengarahkan fokus Anda pada keperkasaan dan kuasa Yesus.

Diterjemahkan oleh Fanni Leets.

Our Latest

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Mengapa Ada Begitu Banyak Teolog yang Marah?

Teologi seharusnya menghasilkan buah Roh, bukan perbuatan daging.

Silsilah Alkitab Memberitakan Kabar Baik

Pohon keluarga Yesus menyampaikan lebih dari sekadar pelajaran sejarah.

Kesengsaraan Perlu menjadi Bagian dalam Khotbah Kita

Matthew D. Kim percaya bahwa membahas tentang penderitaan adalah bagian dari panggilan seorang pengkhotbah.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube