Pentahiran Sejati

Renungan Adven, 29 November 2022.

Christianity Today November 29, 2022
Stephen Crotts

Minggu 1: Allah yang Perkasa


Bayi yang dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di palungan adalah Sang Pencipta yang mulia dan Pemelihara segala sesuatu. Kita mendengar tentang kuasa dan keperkasaan-Nya dalam ajaran Yohanes Pembaptis. Kita menantikan kedatangan-Nya kembali seperti yang dijanjikan dan puncak pemerintahan-Nya. Yesus adalah Allah yang Perkasa.

Baca Matius 3:1–12

Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Matius 3:11

Jika kita jujur, pandangan pertama terhadap Yohanes Pembaptis adalah bahwa ia pria sensasional terburuk yang bisa Anda bayangkan. Ia mengenakan jubah bulu unta, berikatpinggangkan kulit dan makan belalang. Saat ia tampil di padang gurun Yudea, ia pun mulai berkhotbah. Kita tentu bisa membayangkan proklamasi kedatangan Mesias yang akan sedikit menggelitik telinga. Ia bisa saja mengingatkan orang-orang tentang janji-janji yang luar biasa terkait Mesias—bahwa Mesias akan membawa keadilan, memberi kesembuhan, menawarkan stabilitas. Ia bisa saja memberi tahu mereka kabar baik.

Namun, Yohanes melakukan sesuatu yang sangat berbeda. Ia berkata, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” dan melalui penggunaan kutipan dari Yesaya 40:3 oleh Matius, kita melihat bahwa Yohanes memberi tahu orang-orang dengan kata-kata yang dikenali dan berwibawa: “luruskanlah” (lihat juga Yoh. 1:23). Yohanes memulai dengan apa yang mungkin dianggap sebagai berita buruk, sungguh; ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka perlu berubah.

Dan banyak dari mereka yang mendengarkan. Bagaimana orang aneh ini begitu berhasil dalam pelayanan? Matius memberi kita petunjuk. Ia menyampaikan deskripsi yang selektif tentang Yohanes, dan setiap detailnya sarat dengan makna. Jubah bulu unta dengan ikat pinggang kulitnya? Pakaian Elia. Belalang dan madunya? Makanan orang miskin. Matius menampilkan orang ini dalam gaya para nabi zaman dahulu, sebagai abdi Allah yang berwibawa yang menyatakan firman Tuhan.

Orang-orang mendekati Yohanes untuk pentahiran—ritual pembasuhan yang melambangkan pertobatan mereka—tetapi ia berjanji bahwa pentahiran yang lebih efektif akan datang. Pentahiran dari Tuhan ini akan datang melalui “Roh Kudus dan api.”

Saat Yohanes terus menjelaskan pelayanan yang akan datang, metaforanya membantu kita memahami apa artinya dibaptis dalam Roh dan api. Ini adalah pemurnian (dalam batas tertentu) dengan memisahkan yang baik dari yang buruk. Yohanes menggunakan metafora pertanian yang kita lihat di bagian-bagian seperti Mazmur 1, sebuah proses yang dikenal baik oleh pendengarnya. Petani akan menggunakan alat penampi untuk melemparkan gandum ke udara. Bagian yang berat dan dapat dimakan akan jatuh ke tanah, tetapi debu jeraminya lebih ringan dan umumnya akan tertiup angin. Jika setelah ini masih ada sisa debu jerami, petani akan memisahkannya dan membakarnya.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Ini adalah pentahiran yang lebih permanen daripada pembasuhan, dan saya pikir itulah intinya. Pembaptisan yang dilakukan Yohanes kepada orang-orang itu adalah signifikan, tetapi tanpa pekerjaan Roh Kudus yang menyertainya, efeknya hanyalah sementara. Jika hanya dengan baptisan Yohanes saja, mereka akan perlu dibasuh kembali, tetapi karya Yesus melalui Roh Kudus adalah berlaku efektif sepanjang masa.

Madison N. Pierce adalah profesor Perjanjian Baru di Western Theological Seminary. Buku-bukunya termasuk di antaranya Divine Discourse in the Epistle to the Hebrews

Renungkan Matius 3:1–12.


Bagaimana Anda menjelaskan pesan Yohanes? Mengapa pesan itu adalah kabar baik? Dalam doa, pikirkanlah apa yang ditekankan oleh kata-kata Yohanes tentang kuasa dan tujuan Yesus.

Diterjemahkan oleh Maria Fennita S.

Our Latest

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Mengapa Ada Begitu Banyak Teolog yang Marah?

Teologi seharusnya menghasilkan buah Roh, bukan perbuatan daging.

Silsilah Alkitab Memberitakan Kabar Baik

Pohon keluarga Yesus menyampaikan lebih dari sekadar pelajaran sejarah.

Kesengsaraan Perlu menjadi Bagian dalam Khotbah Kita

Matthew D. Kim percaya bahwa membahas tentang penderitaan adalah bagian dari panggilan seorang pengkhotbah.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube