Sebuah Jalan di Padang Gurun

Renungan Adven, 28 November 2022.

Christianity Today November 28, 2022
Stephen Crotts

Minggu 1: Allah yang Perkasa


Bayi yang dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di palungan adalah Sang Pencipta yang mulia dan Pemelihara segala sesuatu. Kita mendengar tentang kuasa dan keperkasaan-Nya dalam ajaran Yohanes Pembaptis. Kita menantikan kedatangan-Nya kembali seperti yang dijanjikan dan puncak pemerintahan-Nya. Yesus adalah Allah yang Perkasa.

Baca Yesaya 40:1-5 dan Maleakhi 3:1–4; 4:5–6

Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” Yesaya 40:3

Dalam Yesaya 40, kita mendapati orang Israel dibuang ke negeri asing—diasingkan dan ditawan di negri Babel. Kota ini terletak sekitar satu jam jauhnya di selatan Baghdad, Irak, dan dianggap sebagai pusat peradaban Mesopotamia, sebuah kota gurun kosmopolitan yang memiliki taman gantung yang terkenal dengan Hammurabi dan kodenya. Namun, umat Tuhan tidak ingin ada di sana. Mereka ingin pulang, kembali ke Yerusalem. Akan tetapi mereka jauh, jauh dari rumah tanpa harapan untuk kembali.

Dalam konteks yang tanpa harapan ini, mereka mengalami anugerah Tuhan yang berlimpah-limpah. “Hiburkanlah,” demikianlah sang nabi menyerukan—sebuah kata Ibrani dengan konotasi keberanian dan kekuatan. Pesannya mirip dengan “Terhiburlah, milikilah harapan! Ini bukanlah akhir. Engkau akan melihat dan mengalami sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan dalam hidupmu di padang gurun.” Seperti nenek moyang mereka yang telah mengalami pemeliharaan dan pembebasan yang ajaib di padang gurun saat keluar dari Mesir, mereka juga akan melihat Allah membuka jalan di padang gurun bagi mereka.

Jika kita mencocokkan Yesaya 40:1–5 dengan Maleakhi 3:1–4 dan 4:5–6, kita melihat janji Allah untuk mengirim seorang utusan agar mempersiapkan hati umat-Nya untuk pembebasan. Mereka akan dimurnikan seperti melalui api sehingga mereka dapat melihat Allah, diri mereka sendiri, dan dunia dengan lebih jelas. Dalam pembebasan ini, apa yang telah terkoyak karena pembuangan, seperti hubungan keluarga, suatu hari nanti akan dipulihkan kembali (Mal. 4:5-6).

Allah menepati janji-Nya; akhirnya umat Israel kembali ke Yerusalem. Namun kepulangan mereka ini bukanlah akhir dari nubuatan tersebut. Berabad-abad kemudian, nabi lain, Yohanes Pembaptis, akan membuka jalan bagi Allah yang Perkasa, Tuhan kita Yesus Kristus, untuk menyelamatkan umat-Nya dari pembuangan mereka—terasing dari Allah dan satu sama lain akibat dosa. Yohanes akan melembutkan hati orang-orang bagi kedatangan Kristus.

Dan ada lapisan penggenapan lainnya dari nubuat Maleakhi (3:1–4): Ini menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua ketika kita akan dimurnikan—disucikan—karena segala sesuatu dibuat baru (lihat Why. 21:5).

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Pembebasan yang luar biasa dalam situasi tanpa harapan tidaklah dikurangi dalam sejarah kuno. Allah yang Mahakuasa melakukan pembebasan yang spektakuler setiap hari. Memang benar, Allah hadir tatkala semua harapan tampak hilang. Kita bisa memercayai kebesaran Allah. Dan, selama masa Adven, kita diingatkan untuk memercayai Dia yang Dijanjikan, yang datang bagi kita sebagai bayi yang baru lahir namun memiliki segala kekuatan dan kuasa di seluruh alam semesta dalam tangan mungil-Nya!

Apakah Anda berada di padang gurun dan membutuhkan pembebasan—membutuhkan Allah dalam kuasa-Nya untuk campur tangan? Kita mungkin tidak tahu bagaimana atau kapan pembebasan itu akan datang, tetapi pembebasan itu pasti akan datang. Allah selalu datang. Mintalah Allah mempersiapkan hati Anda untuk kedatangan Dia dan pembebasan yang selalu menyertainya.

Marlena Graves adalah profesor formasi spiritual di Northeastern Seminary. Dia adalah penulis beberapa buku, termasuk The Way Up Is Down.

Renungkan Yesaya 40:1-5 dan Maleakhi 3:1–4; 4:5–6.


Bagaimana Anda melihat kekuatan Allah dalam janji-janji ini? Dalam berbagai lapisan dari penggenapan janji-janji tersebut? Bagaimana perikop-perikop ini beresonansi dengan kerinduan dan keinginan kita sendiri?

Diterjemahkan oleh Denny Pranolo.

Our Latest

News

Generasi Z Protestan Ingin Dikenal karena Hobi dan Bakat Mereka

“Lebih mudah mengatakan kepada seseorang [bahwa] Anda pandai bernyanyi atau bermain sepak bola daripada memiliki iman atau terlibat aktif di gereja.”

Gereja yang Cemas

Mengapa gereja kesulitan menangani penyakit mental dengan baik dan bagaimana kita dapat membantu mereka yang sakit mental dengan lebih baik?

Imam Besar Saya Memahami Penderitaan Saya

Belas kasih Yesus terletak pada pemahaman-Nya yang menyeluruh terhadap luka kita, bukan hanya pada kemampuan-Nya untuk membereskan luka tersebut.

Tidak Apa-apa Jika Anda Mengalami Tahun Baru yang Tidak Menyenangkan

Kita tahu kekudusan tidak selalu membawa pada kebahagiaan. Namun bagaimana jika ketidakbahagiaan kita itu sendiri bisa menjadi sesuatu yang kudus?

12 Artikel Terpopuler dalam Bahasa Indonesia di Christianity Today Tahun 2024

Temukan topik-topik yang paling diminati oleh pembaca CT dalam Bahasa Indonesia sepanjang tahun ini.

Tuhan Setia dalam Kemenangan dan Keputusasaan

Saya memilih Kamala Harris dan berduka atas kekalahannya. Namun saya ingin menjaga politik tetap pada tempatnya, tunduk kepada Yesus.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube