Janji Kehamilan yang Ajaib

Renungan Adven, 22 Desember 2021

Christianity Today December 22, 2021

Untuk mengunduh kumpulan renungan “Berita Injil di Masa Adven,” klik di sini.

Minggu Adven 4: Inkarnasi & Kelahiran


Minggu ini, kita melangkah ke dalam peristiwa Kelahiran Yesus dan merenungkan mukjizat sang Firman yang kekal itu datang ke dunia sebagai seorang anak manusia. Kita mempelajari pelajaran iman dari orang-orang yang Tuhan pilih untuk mengambil bagian dalam peristiwa ini. Dan kita merayakan kabar baik tentang sukacita yang besar bagi semua orang!

Baca Lukas 1:39–56

Aktivitas pertama Maria yang tercatat selama kehamilannya adalah mengunjungi sepupunya, Elisabet. Kedua wanita itu adalah penerima janji kehamilan yang ajaib, dan Lukas mengaitkan kisah mereka agar kita bisa membacanya sebagai satu kesatuan narasi.

Ini mengingatkan kita bahwa pengalaman pribadi kedua keluarga ini terjalin dalam kisah penebusan yang lebih besar.

Beberapa orang melihat gema dari 2 Samuel 6 dalam kunjungan Maria ke Elisabet. Pada perikop itu, kita membaca tentang tabut perjanjian yang ada di perbukitan Yudea selama 3 bulan; dan Daud bertanya, “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?” (ay. 9); lalu David akhirnya melompat dan menari di hadapan tabut perjanjian (lihat juga Luk. 1:39, 41, 43, 56). Kesamaan-kesamaan ini membuat para bapa gereja memandang tabut perjanjian (yang melambangkan kehadiran Allah) dalam beberapa hal menggambarkan Maria (yang mengandung Anak Allah di dalam rahimnya). Kehadiran Tuhan yang dulu menaungi tabut di Kemah Suci (Kel. 40:35) kini turun ke atas seorang perawan (Luk. 1:35).

Maria dihormati di sepanjang sejarah gereja karena Inkarnasi dimulai di dalam dirinya.

Maria menerima berkat ini dengan mengembalikan berkat kepada Tuhan. Nyanyian pujiannya mengekspresikan rasa syukur atas kemurahan Tuhan (ay. 47–49), namun kemudian ia segera memperluas cakupannya untuk menggambarkan belas kasihan Allah kepada semua orang yang takut akan Dia (ay. 50). Maria mengikhtisarkan banyak tema Kitab Suci, yang mengilustrasikan bahwa tindakan Allah pada dirinya berkesinambungan dengan narasi agung yang alkitabiah. Tuhan tidak hanya melakukan hal-hal besar untuk satu wanita saja, melainkan Ia memenuhi janji-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya dari penindasan.

Nyanyian Maria juga bersifat nubuatan. Ketika mendeklarasikan karya-karya Tuhan yang besar, ia khusus menggunakan bentuk lampau (dalam bahasa aslinya): Ia telah memperlihatkan kuasa-Nya, Ia telah mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya, Ia telah meninggikan orang-orang yang rendah. Kedatangan Yesus menjamin kemenangan Allah. Meski kita belum melihat sepenuhnya, Tuhan telah menjamin keselamatan kita dan pembaruan dunia kita.

Meski peran Maria unik, ia adalah teladan bagi semua orang Kristen. Kita bisa meneladani responsnya yang penuh penyembahan dan harapan terhadap janji-janji Allah, bahkan ketika janji-janji itu tidak terlihat. Kita juga bisa mengingat dia sebagai perwujudan dari janji yang ia nyatakan: yang rendah akan ditinggikan (ay. 48, 52). Tuhan memilih dia, seorang gadis miskin dan tidak penting, untuk membawa berkat dan kehadiran Mesias. Hak istimewa ini dimulai dari Maria, tetapi menjadi milik semua orang yang takut akan Tuhan, semua orang yang lapar dan haus akan kebenaran.

Hannah King adalah seorang imam dan penulis di Anglican Church, Amerika Utara. Ia melayani sebagai pendeta di Village Church di Greenville, Carolina Selatan.

Renungkan Lukas 1:39–56.

(Opsi: Baca juga 2 Samuel 6)


Wawasan apa yang Anda peroleh dari perbandingan antara Maria dan tabut perjanjian?
Terkait reaksi Elisabet dan Maria terhadap peristiwa-peristiwa ini, kesan apa yang Anda dapatkan?
Renungkanlah nyanyian pujian Maria, lalu ungkapkanlah kata-kata pujian Anda sendiri kepada Tuhan.

Diterjemahkan oleh: Fanni Leets

Our Latest

News

Generasi Z Protestan Ingin Dikenal karena Hobi dan Bakat Mereka

“Lebih mudah mengatakan kepada seseorang [bahwa] Anda pandai bernyanyi atau bermain sepak bola daripada memiliki iman atau terlibat aktif di gereja.”

Gereja yang Cemas

Mengapa gereja kesulitan menangani penyakit mental dengan baik dan bagaimana kita dapat membantu mereka yang sakit mental dengan lebih baik?

Imam Besar Saya Memahami Penderitaan Saya

Belas kasih Yesus terletak pada pemahaman-Nya yang menyeluruh terhadap luka kita, bukan hanya pada kemampuan-Nya untuk membereskan luka tersebut.

Tidak Apa-apa Jika Anda Mengalami Tahun Baru yang Tidak Menyenangkan

Kita tahu kekudusan tidak selalu membawa pada kebahagiaan. Namun bagaimana jika ketidakbahagiaan kita itu sendiri bisa menjadi sesuatu yang kudus?

12 Artikel Terpopuler dalam Bahasa Indonesia di Christianity Today Tahun 2024

Temukan topik-topik yang paling diminati oleh pembaca CT dalam Bahasa Indonesia sepanjang tahun ini.

Tuhan Setia dalam Kemenangan dan Keputusasaan

Saya memilih Kamala Harris dan berduka atas kekalahannya. Namun saya ingin menjaga politik tetap pada tempatnya, tunduk kepada Yesus.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube