Suatu generasi pengajar Alkitab, penulis, dan pemimpin pelayanan wanita merasa mendapat tempat di Southern Baptist Convention (SBC) karena keteladanan yang diperlihatkan oleh Beth Moore.
Kini setelah Moore merasa tidak lagi memiliki tempat untuk dirinya di dalam denominasi tersebut, mereka terus berjuang demi keyakinan yang telah Moore gugah dalam diri mereka dan berharap akan ada semacam peringatan yang akan menyadarkan denominasi mereka.
Seperti cuitan salah satu pemimpin pelayanan wanita Baptis Selatan di Twitter pada hari Rabu, “Para pendeta sekalian, saya harap kalian memperhatikan para wanita di SBC dan tanggapan mereka terhadap Beth Moore…”
Dalam banyak hal, Moore adalah sosok teladan di kalangan Baptis Selatan—sebuah denominasi terkenal di antara umat Kristen. Pemahaman Alkitab yang ia ajarkan menjangkau 21 juta wanita selama 20 tahun pertama pelayanannya. Ia juga cukup mudah didekati untuk sekadar berpelukan dan berswafoto dengan para pengikutnya di berbagai acara, dan mau menulis di Twitter untuk menyampaikan ucapan belasungkawa ketika nenek seseorang meninggal atau menasihati tentang cara merawat panci.
Banyak rekan wanita dari Baptis Selatan menjadi sedih namun tidak terkejut ketika ia memutuskan untuk meninggalkan SBC. Para wanita yang mengikuti jejaknya sangat mengetahui dengan baik ketegangan yang dialami Moore, kecewa pada masalah-masalah seperti pelecehan, rasisme, nasionalisme Kristen, dan kepresidenan Trump, serta bagaimana semua masalah tersebut telah memecah-belah, alih-alih memperdalam kesaksian Injil denominasi ini—semua masalah itu muncul dalam berita Religion News Service baru-baru ini terkait keputusan Moore.
Para pengikut di gereja-gereja Baptis Selatan menyaksikan saat Moore, yang sekarang berusia 63 tahun, tumbuh dari seorang penulis buku pemahaman Alkitab terlaris kemudian menjadi seorang pendukung yang vokal bagi para korban seksisme dan pelecehan selama lima tahun terakhir, kemudian mengungkapkan tentang misogini yang dia hadapi di lingkaran kalangan Injili.
Selain mempermasalahkan perannya sebagai pembicara dan dalam pengajaran di gereja, para kritikus melihat keterusterangan Moore tentang isu-isu terkini sebagai pemecah belah. Mereka percaya ia telah salah memfitnah gereja dalam beberapa tahun terakhir ketika dia menentang para pendeta yang membela Donald Trump atau ketika dia meneriakkan adanya supremasi kulit putih di gereja.
Christine Hoover, seorang pengajar Alkitab dan istri pendeta SBC, ingat ia pernah bertanya pada dirinya sendiri, “Jika Beth diperlakukan dengan sangat hina di hadapan publik, apalagi yang dikatakan secara pribadi? Dan apa yang dikatakan tentang bagaimana, dalam praktiknya, SBC menghargai kontribusi wanita bagi kerajaan Allah?”
“Saya tidak bisa melebih-lebihkan seberapa besar pengaruh Beth terhadap para wanita di gereja-gereja kami,” kata Hoover. “Pada tahun-tahun itu saya pernah satu ruangan dengan para pemimpin wanita SBC dari berbagai tempat, yang mengatakan bahwa mereka juga memperhatikan dengan cermat, dan sebagian besar dari kami bertanya-tanya apakah kami sebagai wanita benar-benar mendapat tempat terhormat di SBC.”
Presiden Komisi Etika dan Kebebasan Beragama Baptis Selatan, Russell Moore—yang tidak ada hubungan keluarga dengan Beth, meski ia sering bercanda bahwa mereka adalah keluarga—pernah berkata, “SBC yang tidak memiliki tempat untuk Beth Moore tidak memiliki tempat bagi banyak dari kita.”
Pernyataan itu muncul dua tahun lalu, ketika Moore menjadi sasaran selama terjadi perselisihan lain tentang peran perempuan, yang didorong oleh sebuah cuitan yang merujuk pada pelayanan firman dalam rangka Hari Ibu di gereja.
Perdebatan-perdebatan yang berulang-ulang ini adalah titik tekanan lainnya. Wanita seperti Moore, yang tidak mengejar pelayanan mimbar dan memegang keyakinan komplementer dari SBC, menjadi khawatir bahwa perdebatan terus-menerus tentang apakah wanita dapat berkhotbah atau menggembalakan, akan mengurangi upaya untuk mengangkat keberadaan wanita dalam berbagai peran pelayanan lainnya.
Berita-berita tentang kepergian Moore telah membangkitkan penghormatan dari para wanita di dalam dan di luar SBC, yang memuji dia karena telah memimpin mereka ikut dalam pelayanan atau berterima kasih padanya karena telah berani angkat bicara di saat mereka takut bahwa para pemimpin telah diam tentang masalah seputar pelecehan.
Trillia Newbell (@trillianewbell) mentweet di twitter:
Saya sangat mengasihi dan menghormati @BethMooreLPM. Ia memberi tahu saya bahwa ini terjadi karena dia adalah manusia, dan dia sangat mengasihi orang-orang lain. Saat saya memikirkan tentang kecenderungan kita untuk menganalisa dan memisahkan satu sama lain, saya berharap kita akan melawannya dan lebih memilih berdoa. https://religionnews.com/2021/03/09/bible-teacher-beth-moore-ends-partnership-with-lifeway-i-am-no-longer-a-southern-baptist/…
Jen Wilkin (@jenniferwilkin) mentweet di twitter:
Terima kasih, @BethMooreLPM atas cahaya yang Anda bawa, atas welas asih yang mendorongmu, atas ketabahan yang mendefinisikanmu. Saya tidak akan bisa mengajar hari ini jika saya tidak melihatmu melakukannya terlebih dahulu. Saya mungkin akan menyerah jika saya tidak melihatmu bertahan. Betapa kami berhutang budi padamu.
Megan Lively (@megannlively) mentweet di twitter:
Hal ini benar kemarin dan tetap benar hari ini, @BethMooreLPM. Kebenaran alkitabiah dan kasih bagi sesama yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah akan selalu lebih besar daripada institusi dan denominasi. Terima kasih, telah menunjukkan hal ini ke dunia yang rusak, Beth Moore. Semoga kesetiaan kami terlihat seperti kesetiaanmu. https://twitter.com/megannlively/status/1369052620975902720…
Jacki King, yang melayani di komite pengarah Jaringan Kepemimpinan Wanita SBC, mengatakan Moore merintis jalan bagi wanita untuk memimpin di SBC dan, terlepas dari pertikaian saat ini dalam denominasi tersebut, dia melihat banyak hal untuk dirayakan. Sejumlah besar wanita mendaftar di seminari SBC dan ditunjuk untuk melayani di komite denominasional, di samping keterlibatan mereka dalam misi dan gereja lokal dengan setia.
King menunjuk pada pertemuan tahunan yang akan datang di Nashville pada bulan Juni sebagai kesempatan bagi wanita yang memiliki kepedulian yang sama dengan Moore untuk memilih para pengurus yang akan berdiri membela keyakinan mereka dan memperjuangkan peran wanita.
“Kami membutuhkan wanita yang memimpin dan melayani di gereja lokal untuk menjadi pembawa pesan, menjadi akrab dengan calon-calon pemimpin, dan memilih orang yang mereka yakini akan memimpin konvensi kami dalam kerendahan hati dan persatuan,” kata King, seorang pemimpin pelayanan wanita dan istri pendeta di sebuah gereja SBC di Arkansas.
Jacki C King (@JackiCKing) mentweet di twitter:
Para pendeta, Saya harap kalian memperhatikan para wanita di SBC dan tanggapan mereka terhadap Beth Moore. Apa pun pikiran atau perasaan kalian, ada rasa syukur yang mendalam untuknya dan kehilangan yang dirasakan oleh banyak orang. Jangan hanya mengabaikannya. Perhatikan, dengarkan, dan tanyakan.
Presiden SBC yang telah menyelesaikan masa jabatannya, J. D. Greear, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa doanya adalah agar kepergian Moore akan menyebabkan para pemimpin Baptis Selatan meratap dan berdoa sebelum pertemuan bulan Juni. “Saya berduka setiap kali seseorang yang percaya pada ineransi Kitab Suci, yang berbagi nilai-nilai dan keinginan-keinginan dengan kita untuk bekerja sama, kemudian mengatakan bahwa mereka tidak merasa betah dalam denominasi kita,” kata Greear, yang memuji pelayanan Moore.
Baru bulan lalu, Greear berkhotbah menentang perpecahan sekunder yang mendorong terpisahnya Baptis Selatan, dengan mengatakan kepada Komite Eksekutifnya, “Setiap kebohongan melemahkan tekad kita dalam menyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa, dan setiap kali saya terlibat dalam argumen konyol atau menghabiskan waktu untuk menyanggah ketidakbenaran, itulah saat ketika saya tidak fokus pada Amanat Agung.”
Para wanita khawatir bahwa keputusan Moore untuk pergi merepresentasikan gangguan lain terhadap pemberitaan Injil yang dilakukan SBC.
“Dengan kehilangan Beth, kami telah kehilangan pemberian yang besar bagi denominasi kami,” kata Hoover. “Saya berdoa agar keputusannya, bersama dengan kepergian beberapa pendeta kulit hitam yang sangat kita hormati, mendorong terjadinya pencarian jiwa di dalam diri para pemimpin dan pendeta SBC. Kami tampaknya selalu berjuang untuk menyingkirkan liberalisme, tetapi saya khawatir metode kami justru mendorong beberapa orang terbaik kami keluar.”
Diterjemahkan oleh: Fanni Leets