Pastors

Kue Wafel dan Pemuridan

CT Pastors December 19, 2025

Aroma kue wafel pangganglah yang menarik perhatian saya. Ini terjadi pada akhir tahun 1980-an ketika ayah saya menjadi pendeta di gereja kami, jadi kehadiran di gereja sudah menjadi kewajiban.

Untungnya, saya suka berada di sana. Saya senang mendengar ayah saya berkhotbah, bahkan ketika ia meminta saya dan kakak saya untuk berhenti berbicara dari mimbar gereja Methodist-nya yang kecil di Towson, Maryland. Kami melayani dalam segala macam tugas, mulai dari memberikan pengumuman, bernyanyi di paduan suara, hingga berdiri bersama para penyambut di gereja. Dibesarkan dalam ibadah bersama, kami belajar untuk menghormati Allah dipandu oleh para penatua yang bijak dan diaken yang dihormati.

Namun saya tertarik datang ke sekolah Minggu karena daya tarik kue wafel panggang itu.

Dapatkan pembaruan harian dalam Bahasa Indonesia langsung di ponsel Anda! Bergabunglah dengan kanal WhatsApp kami.

Setiap hari Minggu, keluarga kami selalu menjadi yang pertama tiba, menyalakan lampu dan menyiapkan bangku-bangku gereja untuk menyambut jemaat. Ayah saya akan menempatkan dirinya dekat altar saat para murid Sekolah Minggu mulai berdatangan. Walaupun ia selalu mempersiapkan khotbah dengan sungguh-sungguh, gairahnya yang terbesar berasal dari mengajar kelas ini.

Saya dan kakak saya menuju basemen untuk mengikuti persekutuan remaja bersama Ibu Kathy, wanita yang paling baik di gereja. Kami tidak pernah melihat kapan ia datang, tetapi kami dapat mencium aromanya ketika ia sudah siap. Potongan-potongan roti panggang penuh cinta itu sudah menunggu kami di atas piring kertas. Setelah berdoa untuk makanan itu, kami mulai makan sambil mengobrol tentang apa yang kami nantikan di sekolah, apa yang membuat kami khawatir tentang ujian yang akan datang, dan apa yang teman-teman kami lakukan untuk bersenang-senang.

Entah ada tiga atau delapan orang di kelas, kami selalu mendapat tambahan porsi sebelum akhirnya beralih ke pelajaran. Ibu Kathy dengan lembut membimbing kami melalui kisah-kisah Alkitab tentang mengasihi sesama dan bertanggung jawab. Kami menggambar hewan-hewan dari cerita Alkitab dan bermain permainan dengan nama-nama tokoh Alkitab. Pada akhir sesi, yang selalu membawa sedikit rasa sedih, kami menutup dengan “doa popcorn,” berdoa bergantian dalam bisikan kepada Tuhan seiring kami bersiap untuk mengikuti kebaktian.

Sebagai anak, saya pikir bagian terbaik dari gereja adalah makanannya. Sebagai orang dewasa, saya menyadari bahwa suguhan kecil itu membentuk pengalaman pemuridan yang melibatkan banyak indra. Itulah kenangan paling awal tentang pengajaran gereja yang terstruktur dan salah satu dari sedikit kesempatan di mana saya belajar dari orang-orang Kristen lainnya. Sarapan sederhana itu tidak menyelamatkan saya atau membawa saya kepada pengenalan akan Kristus, tetapi itu menjadi bagian dari bentuk keterlibatan yang sengaja dirancang dan memberi saya sesuatu untuk dinantikan.

Dengan kepedulian yang mendalam terhadap murid-muridnya dan kesediaan untuk terhubung dengan mereka sebagaimana mereka adanya, Ibu Kathy membangun ikatan dengan kami yang membuka ruang bagi percakapan yang sungguh-sungguh. Kenangan awal ini membuat saya sangat bersyukur atas komunitas yang akrab dan dedikasi para relawan yang dapat dipercaya. Bahkan hingga hari ini, kenangan tentang wafel beku dalam alat pemanggang membawa sukacita sekaligus kesedihan akan masa yang mungkin takkan terulang kembali.

Dalam banyak hal, kue-kue wafel itu menjadi simbol dari komunitas yang rendah hati yang setia melakukan pelayanan pemuridan.

Kesempatan di tengah Kehilangan

Sayangnya, hari-hari masa kecil saya di Sekolah Minggu dan persekutuan remaja telah lama berlalu. Saya tak dapat menahan rasa rindu akan masa ketika gereja identik dengan pembelajaran. Namun bukan hanya hilangnya masa-masa itu, atau Ibu Kathy, atau kelezatan kue wafel hangat yang saya ratapi. Saya merindukan pemuridan yang terjadi seiring dengan pengalaman beribadah. Meskipun proses pematangan iman yang intensional itu masih terjadi di banyak tempat, orang-orang yang menekankannya kini melakukannya dengan cara yang sangat berbeda.

Jika pemuridan, pada intinya, adalah melihat orang-orang bertumbuh dalam hubungan mereka dengan Kristus, banyak rohaniwan akan berpendapat bahwa mimbar di ruang ibadah telah menggantikan peran podium di ruang kelas. Jika orang-orang tidak mau atau tidak mampu bertumbuh dalam kelompok, maka khotbah harus menjadi jembatan untuk mengisi kekosongan itu.

Tanpa pembelajaran Kristen yang teratur, bagaimana kita bisa tahu apa yang dikatakan Alkitab? Bagaimana kita dapat membesarkan anak-anak dalam iman yang tangguh jika tidak ada tempat selain mimbar atau layar bagi mereka untuk belajar?

Kurangnya proses untuk membangun orang-orang percaya yang dewasa telah menyebabkan defisit rohani. Tanpa langkah-langkah yang jelas dan intensional untuk bertumbuh dalam iman, baik rohaniwan maupun jemaat sama-sama kehilangan kesempatan. Akan tetapi alih-alih terjebak dalam nostalgia, keluhan, dan rasa kehilangan, kita harus bertanya kepada diri sendiri, bagaimana cara mengubah situasi genting ini menjadi sebuah kebangunan rohani yang menata ulang imajinasi. Para rohaniwan dan pemimpin memiliki kesempatan untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap pengajaran dan pertumbuhan bersama di masa ketika kita terpecah-belah dan membutuhkan hikmat.

Cetak Biru Kuno, Kebangunan Rohani Modern

Untuk membangun kembali praktik pemuridan secara efektif, kita harus mengingat apa sebenarnya pemuridan itu dan mengapa hal itu penting. Untungnya, Kitab Suci memberi kita dorongan yang memadai, bukan hanya untuk mempertahankan pemuridan, tetapi juga untuk memandang ulang konsepnya. Perjanjian Lama memberi kesaksian tentang Allah yang bergirang dalam relasi dengan umat-Nya (Zef. 3:17). Terlepas dari begitu banyak kemunduran dan kesalahan, Allah berulang kali menjanjikan kehadiran-Nya untuk menuntun umat-Nya, baik secara fisik maupun rohani (Yos. 1:5–6, 9). Perjanjian-Nya dengan umat-Nya dimulai dari kasih-Nya kepada mereka dan berakar pada apa yang Ia katakan kepada mereka melalui Firman-Nya. Orang-orang di luar komunitas perjanjian mengetahui siapa yang menjadi milik Allah melalui ketaatan umat itu pada hukum-Nya dan keterikatan mereka dalam komunitas perjanjian (Ul. 4:6–8).

Dalam Perjanjian Baru, tema-tema tentang menjadi milik kepunyaan Allah melalui ketaatan dan iman mengambil bentuk baru melalui Yesus. Dari kedatangan Sang Juru Selamat hingga berdirinya gereja mula-mula, Perjanjian Baru secara konsisten menunjukkan intensionalitas Allah dalam menjalin relasi dengan umat-Nya. Ketika Yohanes menyatakan bahwa “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita,” ia menekankan unsur kehadiran nyata yang membentuk apa artinya untuk mengikut Kristus (Yoh. 1:14).

Gereja mula-mula memahami bahwa Yesus datang untuk hadir bersama umat manusia, dan karena itu, mereka mengutamakan persekutuan dengan Allah dan satu sama lain (Kis. 2:42). Namun mereka tidak belajar dan melayani demi kepentingan mereka sendiri—mereka melakukannya karena diperintahkan untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Yesus Kristus (2 Ptr. 3:18). Pada akhirnya, para murid mula-mula bersedia mempertaruhkan kenyamanan, uang, keluarga, afiliasi, bahkan hidup mereka demi Injil tentang Sang Juru Selamat sejati yang sedang datang kembali untuk mereka.

Ritme-ritme Unik, Kemuliaan Bersama

Dalam dunia yang begitu terpikat oleh kenyamanan, sulit membayangkan melakukan pengorbanan seperti itu. Akan tetapi mengikut Yesus adalah perjalanan yang penuh kehilangan dan risiko yang ditopang oleh tujuan dan upah yang kekal. Menjadi murid berarti secara teratur melampaui apa yang nyaman untuk melakukan hal-hal yang tidak datang secara alami: mengasihi musuh, melayani mereka yang paling terpinggirkan, dan bekerja demi kemuliaan Allah.

Jika Anda ingin membantu memfasilitasi pemuridan, ciptakan ruang bagi orang-orang untuk memproses komitmen iman mereka dalam konteks komunitas. Namun komunitas-komunitas kecil ini harus berani, karena memproses iman membutuhkan keyakinan sekaligus penghiburan, pengakuan sekaligus perayaan. Dalam komunitas, kita mungkin menemukan bahwa kunci untuk memulihkan rasa takjub kita justru tersembunyi dalam ritme-ritme kehidupan yang sering kita anggap kuno atau tidak praktis.

Tidak peduli bagaimana dan di mana ruang-ruang ini diciptakan—di gereja atau di rumah, dalam kelompok dua atau tiga orang atau dalam kelompok 200 orang, secara daring atau langsung—tujuannya adalah merancang cara bagi orang untuk mengalami Allah demi kedewasaan dan pertumbuhan bersama. Mungkin semuanya kembali pada keajaiban kecil berbentuk lingkaran yang membawa kebahagiaan itu. Lagi pula, orang-orang bisa tertarik bahkan oleh hal-hal yang jauh lebih sederhana daripada wafel panggang.

Atau mungkin bukan soal apa yang Anda tawarkan, tetapi di mana Anda menawarkannya. Kelompok pemuridan Anda berikutnya mungkin berlangsung di bangku penonton sebelum para orang tua menyemangati anak mereka. Bisa juga di kedai kopi lokal, di rumah Anda, atau melalui Zoom pada hari Selasa setelah semua orang pulang kerja. Walaupun cara pemuridan dapat berubah, mandat untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya tidak akan pernah berubah.

Ajaklah orang untuk terlibat dalam Firman Tuhan bersama komunitas. Jangan biarkan banyaknya sumber daya membuat Anda gentar. Jangan berkecil hati karena jumlah peserta sedikit atau kewalahan melatih para relawan. Meskipun risiko mengikut Tuhan dapat menjadi tantangan, kesediaan kita untuk mengingat dan membayangkan kembali pemuridan secara teratur akan memberi kita sekilas gambaran tentang kemuliaan kekal yang membuat semuanya layak dijalani.

Nicole Massie Martin, CEO Christianity Today, membawa perpaduan unik antara pengalaman pastoral dan keahlian dalam penyembuhan trauma ke dalam perannya. Gairahnya terhadap iman dan kepemimpinan transformatif lahir dari tahun-tahun pengabdiannya di garis depan, membimbing individu dan komunitas menuju pemulihan. Sebelum bergabung dengan CT, Nicole menjabat sebagai wakil presiden senior bidang dampak pelayanan di American Bible Society. Dalam memimpin berbagai pelayanan internasional dan domestik, termasuk pelayanan penyembuhan trauma, ia mengasah keterampilannya memakai Kitab Suci untuk memulihkan kehidupan dan diperlengkapi dengan pemahaman mendalam tentang ketangguhan jiwa manusia. Kini, Nicole membimbing para pemimpin untuk menghadapi tantangan kompleks dengan hikmat dan belas kasih, menolong mereka membangun komunitas yang bertumbuh dan berakar dalam iman.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, X, Instagram, atau Whatsapp.

Our Latest

Memberi Berasal dari Allah

Sam Storms

Pelayanan memberi membangkitkan rasa syukur kepada Allah karena sumbernya berakar pada anugerah-Nya.

Ringkasan Penelitian: 6 Poin Penting tentang Manfaat Bersyukur

Stefani McDade

Semakin banyak akademisi yang mempelajari praktik mengucap syukur. Inilah yang mereka sampaikan.

Bersyukur Mengubah Keinginan Kita

Kent Dunnington dan Ben Wayman

Orang Kristen menyembah Pemberi yang aneh, yang mengaruniakan pemberian-pemberian yang aneh dengan cara yang aneh.

Air mata Natal

Jonah Sage

Kehidupan Yesus dimulai dan diakhiri dengan air mata, supaya melalui kebangkitan, hari-hari kita yang penuh air mata akan dihitung.

Tak peduli betapa pun gelapnya

Russ Ramsey

Betapa pun gelapnya dunia ini, kita dikenal dan diperhatikan oleh Allah yang menciptakan kita dengan begitu ajaib dan mengetahui kebutuhan kita yang terdalam.

Undangan untuk percaya

Barnabas Piper

Ketika seorang peragu yang sedang bergumul lalu membawa keraguannya kepada Yesus dan meminta pertolongan, Yesus tidak menolak atau menghakimi dia atas pergumulannya.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube