History

John Calvin

Bapa Iman Reformed

131 Christians You Should Know August 26, 2025

“Saya bekerja keras dalam tugas [menulis The Institutes] terutama untuk orang-orang Prancis, karena saya melihat bahwa banyak yang lapar dan haus akan Kristus, tetapi hanya sedikit yang benar-benar mengenal Dia.”

131 Christians Everyone Should Know (Holman Reference)

131 Christians Everyone Should Know (Holman Reference)

Holman Reference

320 pages

$10.90

Bersama saudara laki-laki dan saudara perempuannya, serta dua temannya, John Calvin melarikan diri dari Prancis yang Katolik dan menuju kota Strasbourg yang bebas. Saat itu musim panas tahun 1536; Calvin baru saja berpindah mengikuti iman “Injili” serta baru menerbitkan The Institutes of the Christian Religion, yang menguraikan pandangan Protestannya. Dia adalah orang yang dicari-cari.

Dapatkan pembaruan harian dalam Bahasa Indonesia langsung di ponsel Anda! Bergabunglah dengan kanal WhatsApp kami.

Rombongan itu menginap di sebuah penginapan di Jenewa, dan kabar segera tersebar kepada pemimpin gereja setempat, William Farel, bahwa penulis The Institutes sedang berada di kota itu. Farel sangat gembira. Dia sangat membutuhkan bantuan dalam upayanya menata gereja Protestan yang baru saja dibentuk di kota itu. Ia bergegas ke penginapan dan memohon kepada Calvin, sambil menegaskan bahwa adalah kehendak Tuhan agar ia tetap tinggal di kota itu.

Calvin mengatakan dia hanya akan tinggal satu malam saja. Lagi pula, dia adalah seorang sarjana, bukan pendeta. Farel, bingung dan frustrasi, bersumpah bahwa Tuhan akan mengutuk semua studi Calvin kecuali dia tetap tinggal di Jenewa.

Calvin, seorang yang berhati lembut, kemudian merenungkan momen ini: “Saya merasa seolah-olah Tuhan dari surga telah meletakkan tangan-Nya yang perkasa ke atas saya untuk menghentikan langkah saya—dan saya begitu ketakutan sehingga saya akhirnya tidak melanjutkan perjalanan.”

Hingga hari ini, nama Calvin tetap lekat dengan kota Jenewa, baik karena pujian maupun kritikan. Dan keyakinan Calvin pada doktrin pemilihan Allah adalah warisan teologisnya bagi gereja.

“Intisari kesalehan”

Calvin lahir pada tahun 1509 di Noyon, Prancis. Ayahnya, seorang pengacara, merencanakan karier gerejawi untuk putranya, dan pada pertengahan tahun 1520-an, Calvin telah menjadi seorang sarjana ulung. Ia fasih berbahasa Latin, unggul dalam filsafat, dan memenuhi syarat untuk mengambil studi teologi intensif di Paris.

Meski demikian, tiba-tiba ayahnya berubah pikiran dan memutuskan bahwa John harus meraih prestasi dalam bidang hukum. John menuruti, dan selama lima atau enam tahun berikutnya ia belajar di Universitas Orleans, memperoleh prestasi dalam bidang yang tidak disukainya. Selama tahun-tahun tersebut, ia mendalami humanisme Renaisans. Ia mempelajari bahasa Yunani, banyak membaca karya-karya klasik, dan menambahkan pengetahuan akan karya Plato setelah karya Aristoteles yang sudah diketahuinya. Ia mengembangkan minat dalam menulis sehingga pada usia 22 tahun, ia telah menerbitkan tafsiran terhadap De Clementia karya Seneca.

Kemudian kabar tentang ajaran Luther pun sampai ke Prancis, dan hidup Calvin berubah secara tiba-tiba, meskipun detail kisahnya singkat dan samar:

“Dia [Allah] menjinakkan pikiran yang terlalu keras kepala agar bisa diajar—karena saya sangat terikat pada takhayul kepausan sehingga tidak ada yang bisa menarik saya keluar dari lumpur yang begitu dalam. Dan begitu saya mencicipi kesalehan sejati, hal itu membakar semangat saya untuk maju, sehingga saya mengejar studi saya dengan lebih tenang, meskipun saya tidak sepenuhnya meninggalkannya.”

Ia dicap sebagai seorang “Lutheran,” dan, ketika penganiayaan muncul di Paris (tempat ia kembali untuk mengajar), ia mencari perlindungan di Basel. Di sana ia menulis edisi pertama sebuah buku yang kelak memengaruhi sejarah Barat seperti halnya karya-karya besar lainnya.

The Institutes of the Christian Religion dimaksudkan sebagai panduan dasar bagi mereka yang ingin mengetahui sesuatu tentang iman Injili—“intisari kesalehan dan segala yang perlu diketahui tentang doktrin keselamatan.” Calvin kemudian menulis, “Saya bekerja keras dalam tugas ini, khususnya untuk orang-orang Prancis, karena saya melihat bahwa banyak yang lapar dan haus akan Kristus, tetapi hanya sedikit yang benar-benar mengenal Dia.”

Dalam The Institutes, Calvin menguraikan pandangannya tentang gereja, sakramen, pembenaran oleh Allah, kemerdekaan Kristen, dan pemerintahan politik. Tema utamanya yang khas dan menyeluruh adalah kedaulatan Allah. Ia mengajarkan bahwa dosa asal telah menghapuskan kehendak bebas dalam diri manusia. Hanya melalui inisiatif Tuhan sajalah maka seseorang dapat mulai memiliki iman dan dengan demikian mengalami jaminan keselamatan.

Lini Masa
1488Perjanjian Lama Ibrani pertama yang lengkap
1497Savonarola diekskomunikasi
1506Dimulainya pembangunan Basilika Santo Petrus yang baru di Roma
1564John Calvin wafat
1611Alkitab versi King James diterbitkan

Dalam edisi ini dan edisi-edisi berikutnya, Calvin mengembangkan doktrin predestinasi, atau pemilihan. Yang lebih penting, ia mengemukakan tentang sifat anugerah yang tidak dapat hilang—dengan kata lain, anugerah tidak akan pernah ditarik kembali dari orang-orang pilihan Allah. Ini adalah upaya pastoral Calvin untuk menghibur orang-orang yang baru percaya Tuhan. Dalam ajaran Katolik abad pertengahan, umat percaya terus-menerus merasa cemas tentang nasib spiritual mereka dan dituntut untuk melakukan lebih banyak perbuatan baik untuk menjamin keselamatan mereka. Calvin mengajarkan bahwa begitu seorang percaya memahami bahwa ia dipilih oleh Kristus untuk kehidupan kekal, ia tidak akan pernah lagi mengalami keraguan tentang keselamatan: “Ia akan memperoleh pengharapan yang teguh akan ketekunan sampai akhir (sebagaimana disebutkan), jika ia menganggap dirinya sebagai bagian dari Dia yang sama sekali tidak mungkin jatuh.”

Kota Allah

Setelah melarikan diri dari Prancis untuk menghindari penganiayaan, Calvin menetap di Jenewa atas permintaan Farel. Namun setelah hanya 18 bulan, ia dan Farel diusir dari kota karena berselisih dengan dewan kota. Calvin kembali ke Strasbourg, di mana ia melayani sebagai pendeta selama tiga tahun dan menikahi Idellete de Bure, janda seorang Anabaptis, yang membawa serta dua anaknya.

Pada tahun 1541, reputasi Calvin telah tersebar luas: Ia menulis tiga buku lainnya dan merevisi The Institutes. (Masih banyak lagi revisi yang dilakukan pada tahun 1550 dan 1559, yang akhirnya berjumlah 80 bab.) Ia menjadi sahabat karib para Reformis terkemuka seperti Martin Bucer dan Philip Melanchthon. Ia diminta untuk kembali ke Jenewa oleh pemerintah kota, dan ia menghabiskan sisa hidupnya berupaya membangun sebuah masyarakat yang teokratis.

Calvin percaya gereja harus setia mencerminkan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Alkitab. Dalam Ecclesiastical Ordinances karyanya, ia berpendapat bahwa Perjanjian Baru mengajarkan empat jabatan pelayanan: pendeta, pengajar, penatua, dan diaken. Di sekitar jabatan inilah kota tersebut diatur.

Para pendeta memimpin kebaktian, berkhotbah, melayani sakramen, dan memperhatikan kesejahteraan rohani jemaat. Di setiap gereja, diadakan dua kebaktian Minggu dan kelas katekisasi. Setiap dua hari sekali diadakan kebaktian—kemudian, setiap hari. Perjamuan Kudus dirayakan setiap triwulan.

Para pengajar, atau guru, memberikan kuliah dalam bahasa Latin tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru biasanya pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Pesertanya sebagian besar adalah para siswa sekolah yang lebih senior dan para pendeta, tetapi siapa pun dapat hadir.

Di setiap distrik, para penatua mengawasi urusan rohani. Bila mereka melihat seseorang sering mabuk-mabukan, atau Tuan X memukul istrinya, atau Tuan Y dan Nyonya Z yang bukan pasutri terlalu sering bertemu, mereka menegurnya secara persaudaraan. Jika perilaku tersebut tidak berhenti, mereka melaporkan masalah itu ke Konsistori, badan pengurus gereja, yang kemudian akan memanggil si pelanggar. Pengucilan merupakan jalan terakhir dan akan tetap berlaku sampai si pelanggar itu bertobat.

Terakhir, kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab para diaken. Mereka adalah dewan pengelola rumah sakit, eksekutif jaminan sosial, dan pengawas rumah penampungan. Para diaken ini begitu efektif, sehingga Jenewa tidak memiliki pengemis.

Sistem ini berjalan dengan sangat baik selama bertahun-tahun sehingga ketika John Knox mengunjungi Jenewa pada tahun 1554, ia menulis kepada seorang teman bahwa kota itu “adalah sekolah Kristus yang paling sempurna yang pernah ada di bumi sejak zaman para rasul.”

Otoritarian tidak resmi

Calvin, pada bagiannya, berkhotbah dua kali setiap hari Minggu dan setiap hari dalam minggu-minggu berselang. Ketika tidak berkhotbah, ia mengajar sebagai profesor Perjanjian Lama tiga kali seminggu. Ia secara teratur menghadiri pertemuan Konsistori, yang diadakan setiap Kamis. Ia juga menjadi anggota komite atau terus-menerus diminta memberi nasihat terkait urusan para diaken.

Dia sama sekali bukan penguasa atau diktator Jenewa. Dia diangkat oleh dewan kota dan dibayar oleh mereka. Dia bisa diberhentikan kapan saja oleh mereka (seperti yang terjadi pada tahun 1538). Dia adalah seorang asing di Jenewa, bahkan bukan warga negara yang dinaturalisasi, hingga menjelang akhir hayatnya. Otoritas moralnya berasal dari keyakinan bahwa, karena ia mewartakan pesan Alkitab, maka ia adalah utusan Allah, dengan otoritas ilahi di belakangnya. Karena itu, ia terlibat dalam banyak hal yang terjadi di Jenewa, mulai dari konstitusi kota hingga urusan saluran air dan peralatan pemanas.

Perannya dalam eksekusi Michael Servetus yang terkenal pada tahun 1553, bukanlah peran resmi. Servetus melarikan diri ke Jenewa untuk menghindari otoritas Katolik: Ia telah menyangkal doktrin Tritunggal, suatu penistaan yang menyebabkan hukuman mati pada tahun 1500-an di seluruh Eropa. Pihak berwenang Jenewa tidak memiliki kesabaran lebih terhadap ajaran sesat daripada umat Katolik, dan dengan persetujuan penuh dari Calvin, mereka menempatkan Servetus di tiang pancang.

Calvin memaksakan diri melampaui batas fisiknya. Ketika dia tidak dapat berjalan beberapa ratus meter ke gereja, dia dibawa dengan kursi untuk berkhotbah. Ketika dokter melarangnya keluar terkena udara musim dingin menuju ruang kuliah, ia memadatkan para pendengarnya di kamar tidurnya dan mengajar di sana. Kepada mereka yang mendesaknya untuk beristirahat, ia bertanya, “Apa? Apakah engkau ingin Tuhan mendapati saya menganggur saat Ia datang?”

Penderitaan Calvin diperparah dengan penentangan yang kadang ia hadapi. Orang-orang mencoba menenggelamkan suaranya dengan batuk keras saat ia berkhotbah; yang lain menembakkan senjata di luar gereja. Ada yang melepaskan anjing-anjing mereka ke arahnya. Bahkan ada ancaman anonim untuk membunuhnya.

Kesabaran Calvin perlahan mulai terkikis. Bahkan ketika ia bersabar, kadang-kadang ia bersikap tidak terlalu simpatik. Dia menunjukkan sedikit pengertian, sedikit kebaikan, dan tentu saja sedikit humor.

Calvin akhirnya kelelahan pada tahun 1564. Namun pengaruhnya tidak lenyap. Di luar gereja, gagasan-gagasannya ada yang disalahkan dan ada yang dipuji (tergantung sudut pandang Anda) atas lahirnya kapitalisme, individualisme, dan demokrasi. Di dalam gereja, ia telah memberikan pengaruh besar bagi tokoh-tokoh terkemuka seperti pemberita Injil George Whitefield dan teolog Karl Barth, serta bagi gerakan-gerakan besar, seperti Puritanisme.

Hingga kini, lembaga-lembaga gereja dengan nama “Presbiterian” atau “Reformed” (dan bahkan beberapa kelompok Baptis) meneruskan warisannya di jemaat-jemaat lokal di seluruh dunia.

Diterjemahkan oleh Mellie Cynthia.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, X, Instagram, atau Whatsapp.

Our Latest

Air mata Natal

Jonah Sage

Kehidupan Yesus dimulai dan diakhiri dengan air mata, supaya melalui kebangkitan, hari-hari kita yang penuh air mata akan dihitung.

Tak peduli betapa pun gelapnya

Russ Ramsey

Betapa pun gelapnya dunia ini, kita dikenal dan diperhatikan oleh Allah yang menciptakan kita dengan begitu ajaib dan mengetahui kebutuhan kita yang terdalam.

Undangan untuk percaya

Barnabas Piper

Ketika seorang peragu yang sedang bergumul lalu membawa keraguannya kepada Yesus dan meminta pertolongan, Yesus tidak menolak atau menghakimi dia atas pergumulannya.

Jadilah Harapan

Chad Bird

Seberapa pun ganasnya raungan kesedihan di tengah malam, duka itu akan merintih dalam kekalahan kala fajar mulai merekah dalam tawa.

Pendeta yang Menyelamatkan Orang-orang dari ‘Tebing Bunuh Diri’ di Jepang

Kazusa Okaya di Shirahama, Jepang

Yoichi Fujiyabu telah menghabiskan tiga dekade membagikan kasih Allah kepada orang-orang yang ingin mengakhiri hidup mereka.

Natal Selalu merupakan Rencana Allah

Yesus tidak datang ke bumi hanya untuk menyelamatkan kita dari dosa, melainkan juga mengundang umat manusia untuk berpartisipasi dalam kehidupan ilahi.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube