Pastors

Retak Namun Terpanggil

Sering kali, pendeta terbaik bukanlah yang tanpa keretakan. Mereka adalah orang-orang yang keretakannya memungkinkan cahaya masuk.

CT Pastors July 17, 2025
Juliasv / Getty

Di lingkungan tempat tinggal saya, ada sebuah sasana tinju yang tua. Jendela-jendelanya kotor, papan namanya juga sudah berkarat dan rusak. Namun melalui kacanya, Anda dapat melihat sesuatu yang luar biasa terjadi di dalamnya. Pelatih tua dengan telinga bengkak membimbing para petinju muda menjalani latihan mereka. Samsak berat yang berayun. Ring tinjunya memperlihatkan bekas goresan dari berbagai ronde dan momen jatuh yang tak terhitung jumlahnya, juga berbagai momen ketika tetap terbaring lebih mudah daripada bangkit kembali.

Yang membuat saya terpukau bukan soal kekerasan dalam olahraga ini, melainkan rasa hormat yang ada di dalamnya. Para petinju ini bukanlah preman yang melayangkan pukulan liar. Mereka adalah para pekerja seni, yang mempelajari bentuk mereka di kelas terberat yang bisa dibayangkan. Seorang pelatih tidak mengukur seorang petinju dari berapa banyak pukulan yang ia hindari, melainkan dari berapa banyak pukulan yang ia terima dan tetap melanjutkan pertandingan. Bekas luka di tubuh seorang petinju memberitahukan kisahnya. Memar-memarnya menandai kurikulum yang ia jalani.

Dapatkan pembaruan harian dalam Bahasa Indonesia langsung di ponsel Anda! Bergabunglah dengan kanal WhatsApp kami.

C.S. Lewis memahami hal ini ketika ia menulis dari London pada masa perang:

“Hanya mereka yang berusaha menahan godaan yang tahu seberapa kuat godaan itu. Bagaimanapun juga, Anda akan mengetahui kekuatan tentara Jerman dengan melawan mereka, bukan dengan menyerah.”

Saya memikirkan sasana tinju itu setiap kali mendengar statistik yang menghantui konferensi para pendeta—67% pendeta pernah bergumul dengan pornografi; 59% berjuang melawan depresi; dan 40% pernah menghadapi konflik serius di gereja mereka. Kita membisikkan angka-angka ini seperti sebuah pengakuan, malu atas kegagalan yang diperlihatkan dari statistik tersebut. Namun mungkin angka-angka itu bermakna lain. Mungkin angka-angka itu adalah bukti bahwa kita sudah melangkah maju menuju ring pertarungan.

Dibentuk oleh pertarungan

Saya mengenal beberapa pendeta yang memahami teologi mereka di dalam ring.

Michael telah bergumul dengan kecanduan seksual selama 18 tahun. Dia tidak bertindak keluar batas atau melanggar aturan, tetapi dia berperang dalam pertarungan sehari-hari yang kebanyakan orang tidak dapat membayangkannya. Dia berkhotbah tentang kesucian dengan otoritas yang berasal dari medan pertempuran. Ketika seorang pemuda mengaku mengalami pergumulan serupa, Michael tidak mengucapkan basa-basi. Dia menawarkan pendampingan dari seseorang yang tahu beratnya sarung tinju itu.

Lalu ada David, yang amarahnya dapat membakar relasi jika ia membiarkannya. Namun dia belajar mengubah api itu menjadi belas kasihan. Kelembutannya terhadap orang-orang yang sulit tidak berasal dari temperamen alamiahnya, melainkan ditempa melalui kemenangan pengendalian diri setiap hari.

Dan ada Rebecca, istri pendeta dan pemimpin awam, yang berjuang melawan depresi sambil membantu suaminya memimpin gereja melewati kesedihan gereja tersebut. Dia melayani setiap hari Minggu sambil membawa serta kesedihannya sendiri. Saat dia berbicara tentang sukacita, itu bukan berasal dari tempat yang selalu disinari matahari. Justru dari tumpukan abu itulah dia memperoleh pengetahuan yang didapat dengan susah payah, yaitu bahwa sukacita mungkin terjadi di tempat yang terkelam sekalipun.

Kesamaan mereka adalah ini: Mereka semua tetap berjuang. Tetap bangkit. Masih datang ke atas ring hari demi hari, dengan memahami bahwa mereka akan menerima pukulan, namun mereka tetap datang dan menolak untuk menyerah.

Lewis tidak hanya berbicara tentang godaan. Ia berbicara tentang keseluruhan kurikulum peperangan rohani. Anda tidak akan mengetahui kekuatan musuh dengan menghindari pertarungan. Anda mempelajarinya dengan cara melawannya—dengan bertahan dalam pertarungan cukup lama untuk memahami apa yang Anda hadapi.

Pendeta yang pincang

Perhatikan Yakub, yang bergulat sepanjang malam dengan lawan ilahi yang bisa saja mengakhiri pergulatan itu seketika. Dia melangkah keluar dari pergulatan itu dengan pincang, pinggulnya cacat permanen. Namun dia juga muncul dengan keadaan diberkati, dengan nama baru yang berarti “dia pernah bergulat dengan Tuhan.” Pincangnya, seperti nama barunya, merupakan lambang kehormatannya, bukti bahwa ia cukup kuat untuk tetap berada di atas ring saat segala sesuatu dalam dirinya ingin menyerah.

Gereja kita membutuhkan kisah seperti itu. Sering kali, orang-orang percaya yang paling dewasa adalah mereka yang pincang. Merekalah yang menanggung bekas luka terbanyak. Para pendeta yang paling memahami anugerah adalah mereka yang pernah sangat membutuhkannya, yang paling konsisten membutuhkannya, dan yang baru-baru ini merasa sangat membutuhkannya.

Prinsip yang sama berlaku untuk pasangan rohaniwan. Ketika suami dan istri sama-sama menanggung bekas luka-luka itu—ketika keduanya pernah bergumul dan bangkit kembali—kemitraan mereka dalam pelayanan menjadi sesuatu yang ditempa dalam api ketergantungan bersama pada anugerah Allah. Tidak dipoles. Namun ditempa.

Membaca kartu skor yang salah

Kita sering kali telah mencampuradukkan ring tinju dengan aula dansa. Kita memberi penghargaan kepada pendeta yang menghindari pukulan, daripada pendeta yang tetap berjuang setelah menerima pukulan. Kita meninggikan mereka yang tidak pernah merasakan kekuatan musuh, dan meremehkan mereka yang pernah berjuang keras dan menolak untuk menyerah.

Lima puluh lima persen pendeta yang mengaku bergumul dengan pornografi, hidup dalam ketakutan terus-menerus bahwa suatu saat nanti hal itu akan terungkap. Bukan karena mereka telah menyerah terhadap dosa, tetapi karena mereka telah terluka dalam pertempuran, dengan meyakini bahwa pergumulan mereka akan mendiskualifikasinya dari pelayanan, dan bukannya membuat mereka memenuhi syarat untuk efektivitas pelayanan yang lebih mendalam.

Namun bagaimana jika kita telah salah membaca skornya? Bagaimana jika pendeta yang masih berjuang melawan godaan setelah 20 tahun bukanlah suatu beban melainkan pemandu? Bagaimana jika pemimpin yang menggembalakan orang lain sambil berjuang melawan depresi bukanlah lemah melainkan setia?

Waktu untuk menarik garis batas

Izinkan saya membahas hal yang tabu: Batasan itu penting. Ada perbedaan krusial antara melawan godaan dan menyerah padanya, antara bergumul melawan dosa dan diperbudak olehnya, antara bergulat melawan kelemahan dan dikalahkan olehnya.

Seorang pendeta yang tergoda oleh dosa seksual tetapi mencari bantuan, menetapkan batasan, dan melindungi orang lain, pada dasarnya berbeda dengan pendeta yang melanggar batas etika. Pemimpin yang berjalan melewati badai pergumulan batin, tetapi tetap peduli pada kawanan dombanya, berbeda dengan pemimpin yang kesehatan mentalnya membahayakan kemampuannya dalam memberikan pelayanan pastoral. Pendeta yang menyalurkan amarahnya menjadi gairah pelayanan yang benar, berbeda secara dramatis dari pendeta yang amarahnya melukai domba-dombanya.

Penanda diskualifikasi yang jelas meliputi:

  • Dosa yang terus-menerus dan tidak pernah bertobat (perilaku seksual yang tidak senonoh, penyalahgunaan keuangan, penyalahgunaan zat terlarang).
  • Ketidakmampuan untuk menyediakan pelayanan pastoral yang penting karena krisis kesehatan mental.
  • Keputusan keliru yang berulang kali merugikan orang lain.
  • Menyerah pada godaan daripada melakukan perlawanan aktif.

Berbagai denominasi gereja menarik garis batas ini secara berbeda-beda. Akan tetapi yang tetap konsisten di semua denominasi ini adalah kebutuhan untuk berjalan dalam terang, bukan bersembunyi. Perjuangan yang jujur, bukan kekalahan yang pasif.

Pertanyaannya bukanlah apakah para pendeta bergumul. Mereka semua bergumul. Pertanyaannya adalah apakah mereka masih berada di atas ring.

Membangun dukungan sudut

Setiap petinju membutuhkan seseorang di sisinya—seseorang yang melihat memar-memarnya, tahu kapan harus mendorong dan kapan harus menghibur, mampu merawat luka, dan membantu menyusun strategi untuk ronde berikutnya. Akan tetapi banyak pendeta bertarung sendirian, takut bahwa mengakui pergumulan akan menyebabkan mereka dikeluarkan dari ring pertandingan.

Kunci untuk dukungan sudut yang efektif terletak pada pemahaman peran unik yang diperankan oleh berbagai relasi yang berbeda dalam kehidupan seorang pendeta. Pasangan sering kali menjadi saksi terdekat dalam pertarungan, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya pendukung yang berada di sudut. Beban itu terlalu berat untuk dipikul oleh satu orang.

Saya bertemu setiap bulan dengan satu kelompok yang terdiri dari lima pendeta. Ketika salah satu dari mereka mengakui pergumulannya melawan kesombongan dan hasrat yang semakin besar untuk meraih panggung ketenaran, kelompok itu bahkan tidak terkejut. Alih-alih bergumul dengan rasa malu, ia menerima masukan strategi dari orang lain yang pernah berjuang dalam pertempuran serupa. “Kesadaranmu membuatmu lebih aman dalam kepemimpinan, bukan lebih berbahaya,” kata seseorang kepadanya. “Kamu masih berjuang. “Itulah yang penting.”

Mari menyebut hal ini sebagai dukungan sudut. Sudut yang baik menawarkan tiga hal: Pertama, mereka menjaga kerahasiaan dengan ketat, memahami bahwa kerentanan yang dibagikan secara sembarangan dapat menjadi gosip yang menghancurkan. Kedua, mereka membedakan antara perjuangan dan sikap menyerah, menyadari bahwa pertempuran yang berkelanjutan berbeda dengan menyerah kalah. Ketiga, mereka memberikan akuntabilitas praktis tanpa menjadi sesi terapi amatir. Dan ketika pergumulan menuntutnya, mereka tahu kapan harus mencari bantuan profesional—entah itu konselor yang memahami tekanan pelayanan, pembimbing rohani yang fokus pada perawatan jiwa, atau tenaga medis yang menyadari bahwa beberapa pergumulan memiliki komponen fisiologis. Itu bukan kekalahan. Itu adalah kebijaksanaan. Ronde yang berbeda membutuhkan perlengkapan yang berbeda pula.

Keindahan Kristus dalam kehancuran kita

Inilah yang tidak boleh kita lupakan: Kita tidak bergulat sendirian, dan kita tidak berjuang dengan kekuatan kita sendiri. Roh yang sama yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati, berdiam di dalam kita, memberi kita kuasa untuk menghadapi pertarungan yang tidak akan pernah dapat kita menangkan hanya dengan kemauan yang keras. Yesus, yang telah menaklukkan dosa dan kematian, berjalan bersama kita melewati setiap lembah yang kelam, setiap ronde ketika kekuatan kita melemah.

Ketika Yesus membasuh kaki para murid, Ia tahu bahwa pada akhirnya mereka akan mengkhianati, menyangkal, dan meninggalkan Dia dalam hitungan jam. Petrus akan menyangkal nama-Nya. Thomas akan meragukan kebangkitan-Nya. Meski begitu, Dia tetap berlutut. Sang Putra Allah melayani mereka yang akan mengecewakan-Nya dengan sangat tragis.

Momen itu bukan hanya tentang kerendahan hati—melainkan tentang relasi. Bahkan pemimpin pun butuh seseorang untuk merawat bagian-bagian yang kotor di sepanjang jalan. Untuk mengatakan kebenaran Injil ketika rasa malu membisikkan kebohongan.

Inilah sebabnya mengapa isolasi membunuh para pendeta. Kita tidak pernah dimaksudkan untuk mencuci kaki kita sendiri. Kita memerlukan orang lain yang melihat lumpur dan kotoran kita serta dengan lembut membersihkan apa yang telah mengeras dalam pelayanan, yang mengingatkan kembali bahwa kita adalah milik Dia yang memanggil kita sebagai kekasih (Rm. 9:25).

Paulus memahami hal ini ketika ia menulis tentang “harta dalam bejana tanah liat”—wadah yang biasa dan rapuh, yang mudah gompal dan retak karena sering digunakan. Namun retakan itu tidak mengurangi nilai harta di dalamnya, melainkan justru makin memperlihatkannya. Ketika cahaya menyinari, yang orang akan lihat bukanlah kelemahan kita, melainkan kekuatan Tuhan yang disempurnakan dalam kelemahan itu.

Injil tidak meredup karena bejananya rusak. Pendeta yang masih berjuang dalam pergumulan tetap mengemban Injil tersebut. Pendeta yang pincang masih tetap mengkhotbahkannya. Bejananya mungkin sudah usang, tetapi harta Kristus tetap ada.

Bagaimana jika kita berhenti berpura-pura terbuat dari marmer dan menerima kenyataan bahwa kita adalah bejana dari tanah liat?

Ketika Anda berjuang melawan godaan yang sama untuk keseratus kalinya, ingatlah: Retakan tidak mendiskualifikasi Anda; Retakan membuat cahaya terlihat. Anda adalah bejana tanah liat yang membawa harta Kristus.

Ketika Anda merasa kewalahan dan bertanya-tanya apakah masih ada yang dapat Anda berikan, ingatlah: Harta itu bukanlah kekuatan Anda, melainkan kekuatan-Nya. Bejana tanah liat tidak menghasilkan cahaya; bejana itu hanya menampungnya.

Ketika kritik menusuk dalam dan Anda meragukan panggilan Tuhan atas dirimu, ingatlah: Yesus sendiri pernah disalahpahami, ditolak, dan dikritik oleh para pemimpin agama yang seharusnya mengenali-Nya. Nilai diri Anda tidak ditentukan oleh persetujuan manusia, melainkan oleh pengadopsian ilahi.

Carilah seseorang yang dapat membasuh kaki Anda dalam Injil, seseorang yang aman yang melihat di bagian mana pelayanan telah membuatmu terluka atau kotor; orang yang menanggapi hal itu bukan dengan jijik, melainkan dengan anugerah. Izinkan orang itu mengatakan kebenaran atas kebohongan yang dibisikkan oleh rasa malu. Izinkan dia mengingatkan siapa yang memiliki diri Anda.

Berkumpullah dengan bejana tanah liat lainnya—bukan untuk membandingkan retakan, melainkan untuk merayakan cahaya yang menembus retakan itu. Bagikan pergumulan Anda bukan sebagai pengakuan kegagalan, melainkan sebagai kesaksian atas anugerah Allah.

Kristus yang sama, yang berlutut untuk melayani, masih berlutut di samping kita, dalam kelemahan kita. Roh yang sama, yang memberi kekuatan pada gereja mula-mula, juga memberi kekuatan pada kita untuk pertempuran masa kini. Bapa yang sama yang telah memanggil kita sebagai umat terkasih sebelum dunia diciptakan, masih bernyanyi untuk kita saat kita merasa tidak layak.

Pergumulan Anda bukanlah akhir dari kisahmu; melainkan tempat di mana kisah Tuhan diceritakan melalui bejana tanah liat yang retak.

Teruslah berjuang, bukan karena Anda cukup kuat, melainkan karena Dia memang kuat.

Teruslah melayani, bukan karena Anda sempurna, tetapi karena kasih-Nya yang sempurna menutupi banyak sekali dosa.

Harta Kristus tetap ada. Cahayanya masih bersinar. Dan Anda—yang retak, lelah, tetap berjuang—masih menjadi milik-Nya.

Thomas Anderson adalah pendeta pemuridan di Grace Community Church di Fulton, Maryland.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, X, Instagram, atau Whatsapp.

Our Latest

Perdukunan di Indonesia

Bolehkah orang Kristen mempraktikkan ‘ilmu putih’ untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan?

News

Wafat: James Dobson, yang Mengajarkan Kaum Injili untuk Berfokus pada Keluarga

Psikolog anak ini menjawab ratusan ribu pertanyaan tentang pengasuhan anak dan mendesak umat Kristen untuk berjuang dalam “perang nilai-nilai” Amerika.

Tuhan Cemburu, tetapi Tidak Pernah Iri Hati

Kita sering memperlakukan dua kata ini sebagai sinonim. Dalam Kitab Suci, keduanya hampir bertolak belakang.

Public Theology Project

Gereja Itu Rapuh—Namun Tak Tergoyahkan

Kita mungkin sedih melihat keadaan gereja, tetapi kita tetap bisa mengasihi dan memperjuangkannya.

Mengapa Kita Sangat Ingin Mengukur Kecerdasan?

Kemampuan manusia untuk bernalar tidak sama dengan AI dalam mengumpulkan informasi.

Tetap Termotivasi dalam Pelayanan (Saat Anda Tidak Merasa Termotivasi)

Ketika pelayanan menjadi rutinitas yang membosankan, motivasi pun mengering. Namun kasih karunia Allah menghidupkan kembali apa yang tidak pernah dapat dihidupkan oleh rasa bersalah dan kerja keras.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube