News

Wafat: James Dobson, yang Mengajarkan Kaum Injili untuk Berfokus pada Keluarga

Psikolog anak ini menjawab ratusan ribu pertanyaan tentang pengasuhan anak dan mendesak umat Kristen untuk berjuang dalam “perang nilai-nilai” Amerika.

James Dobson
Christianity Today August 22, 2025
Illustration by Christianity Today / Source Images: WikiMedia Commons

James Dobson, penulis dan psikolog anak yang mengajarkan jutaan orang Injili bagaimana cara membesarkan anak-anak dan mengatur keluarga mereka, wafat pada 21 Agustus di usia 89 tahun.

Dobson meyakini kedisiplinan dan kepatuhan yang ketat namun penuh kasih, yang ia pandang sebagai obat penawar terhadap budaya Amerika yang permisif dan kemerosotan yang menuju kekacauan moral serta ketidakteraturan sosial.

Sebagai pendiri lembaga Focus on the Family, Dobson telah menulis lebih dari selusin buku, termasuk Dare to DisciplineParenting Isn’t for Cowards, dan The Strong-Willed Child, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan di program radio yang disiarkan di ribuan stasiun di seluruh Amerika Serikat.

Dapatkan pembaruan harian dalam Bahasa Indonesia langsung di ponsel Anda! Bergabunglah dengan kanal WhatsApp kami.

Nasihatnya diterima oleh para orang tua Kristen yang antusias mendengarkan pandangan seorang profesional medis yang juga menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga tradisional. Pada pertengahan 1990-an, Focus on the Family menerima lebih dari 12.000 surat, email, dan panggilan telepon setiap hari.

“Selama hampir lima dekade, beliau menjadi salah satu pemimpin Kristen paling berpengaruh di negara kita,” tulis pemberita Injil Franklin Graham dalam sebuah ucapan penghormatan di media sosial. “Dr. Dobson adalah pembela keluarga yang gigih dan menjunjung tinggi moralitas serta nilai-nilai Alkitab seperti siapa pun dalam sejarah negara kita.”

Dobson muncul di sampul majalah Christianity Today pada tahun 1982. Profil tersebut menyebutnya sebagai “pria di balik fenomena pro-keluarga” yang bekerja untuk “menyelamatkan institusi keluarga tradisional yang goyah dari ambang kehancuran.”

Majalah Christianity Today mencatat, bagian kekuatan Dobson adalah kelembutan dan kesederhanaannya.

“Tulisan-tulisannya memiliki nada yang masuk akal,” tulis Rodney Clapp. “Dia menolak ekstremisme, secara sistematis mencari ‘jalan tengah yang logis,’ menganjurkan orang-orang untuk berpikiran terbuka namun tidak membiarkan ‘otak bocor keluar.’”

Beliau semakin aktif secara politis seiring berjalannya waktu. Dobson juga memiliki dampak politik yang besar, memobilisasi umat Kristen untuk memilih kandidat konservatif yang memprioritaskan penentangan terhadap aborsi, pornografi, dan penerimaan sosial terhadap homoseksualitas.

Aktivisme tersebut tidak selalu diterima. Almarhum Michael Gerson, seorang kolumnis politik konservatif yang menjadi penulis pidato Presiden George W. Bush, mengeluh bahwa Dobson adalah “seorang moralis dan populis” yang tidak memahami kompleksitas politik tetapi berkeliling “menuntut kemajuan yang cepat dan segera agar sesuai dengan visi moral yang berapi-api.”

Para kritikus juga menuduh Dobson mengganti Injil dengan “nilai-nilai keluarga.” Sejarawan Kristin Kobes Du Mez berpendapat bahwa kaum Injili “terinspirasi oleh orang-orang seperti James Dobson” untuk menganut ideologi maskulinitas yang militan dalam keluarga dan politik.

Meski demikian, beberapa kritikus politik Dobson tetap memuji dampak positif nasihatnya dalam mengasuh anak. Sejarawan John Fea mencatat bahwa pelayanan Dobson memiliki efek transformatif pada ayahnya.

“Dobson mengajarkan ayah saya bahwa ia harus menerapkan disiplin paternal karena anak-anak memiliki kemauan keras yang perlu ditundukkan, tetapi disiplin tersebut tidak boleh diberikan dengan semangat kemarahan,” tulis Fea di The Atlantic. “Terlepas dari semua hal buruk yang muncul akibat gerakan ini, masih banyak sekali kisah transformasi pribadi yang membuat orang-orang menjadi orang tua yang lebih baik, pasangan yang lebih baik, dan anggota masyarakat yang lebih baik.”

Dobson lahir di Louisiana pada 21 April 1936. Ia adalah anak tunggal dari Myrtle dan James Dobson Sr., penginjil keliling di Gereja Nazarene.

Dobson ingat betapa dekatnya ia dengan orang tuanya. Beliau mengatakan ia sangat sedih ketika mereka meninggalkannya bersama bibinya agar mereka dapat bepergian ke berbagai pertemuan dan kebaktian kebangunan rohani di wilayah Barat Daya dan negara-negara di Dataran Besar Amerika Utara. Sejak kecil, dia mulai bertingkah nakal.

“Saya adalah seorang pembuat onar di gereja dan di lingkungan sekitar,” ungkapnya kepada penulis biografi, Dale Buss. “Saya melihat ke belakang dan menyadari bahwa tampaknya saya merasa ditinggalkan, meskipun saya tidak marah kepada orang tua saya.”

Ketika Dobson berusia enam tahun, ibunya memutuskan untuk tinggal di rumah untuk membesarkannya. Ibunya sangat menyayanginya, tetapi juga memiliki disiplin yang ketat. Dia terutama tidak akan menoleransi keangkuhan, kata Dobson.

Ketika ia mulai memberontak saat remaja, ayah Dobson berhenti bepergian agar dapat berperan lebih besar dalam pengasuhan. Keluarganya pindah ke Texas, di mana ayah Dobson melayani sebagai pendeta.

“Ia pulang dan membatalkan pertemuan-pertemuan selama empat tahun hanya dengan satu kali keputusan,” kata Dobson. “Ia pindah pelayanan ke gereja agar dapat berada di rumah bersama saya. Ia menyelamatkan saya.”

Dobson mempertimbangkan untuk mengikuti orang tuanya dalam pelayanan gereja, tetapi ia juga terinspirasi oleh kelas-kelas di Pasadena College (sekarang Universitas Point Loma Nazarene) untuk mempelajari psikologi. Dobson melanjutkan studi dan meraih gelar doktor di fakultas kedokteran Universitas California Selatan dan melakukan penelitian akademis di Rumah Sakit Anak Los Angeles. Beliau memimpin penelitian bernilai $5 juta tentang perawatan diet bagi anak-anak dengan kelainan genetik langka yang menyebabkan gangguan perkembangan, dan dia menulis banyak artikel ilmiah dan sebuah buku teks.

Pada saat yang sama, Dobson menjadi sangat prihatin dengan struktur keluarga. Ia terkejut dengan meningkatnya jumlah anak yang lahir di luar nikah, seringnya dan mudahnya perceraian, serta banyaknya anak yang dikirim ke tempat penitipan. Pandangan tentang seks berubah dengan cepat—dan rasa hormat terhadap otoritas seolah-olah hancur berantakan.

Transformasi budaya pada tahun 1960-an, menurut Dobson, menghancurkan keluarga dan melukai anak-anak.

“Semua hal itu menyerang kehidupan keluarga,” kata Dobson. “Saya menyaksikan segala hal yang saya pedulikan kini diejek dan dicemooh, dan hal itu memberi saya semangat untuk melakukan sesuatu demi melindungi dan melestarikannya.”

Beliau mulai mengajar kelas Sekolah Minggu dengan menjawab pertanyaan para orang tua muda dan kemudian memutuskan untuk menulis buku. Dia berhasil menyelesaikan Dare to Discipline dalam waktu enam bulan.

“Anak-anak akan tumbuh terbaik dalam suasana kasih sayang yang tulus, yang didukung oleh disiplin yang masuk akal dan konsisten,” tulis Dobson dalam pendahuluannya. “Di masa maraknya penyalahgunaan narkoba, imoralitas, ketidaktaatan terhadap hukum, vandalisme, dan kekerasan, kita tidak boleh bergantung pada harapan dan keberuntungan untuk membentuk sikap-sikap yang sangat penting yang kita hargai pada anak-anak kita. … Sikap permisif bukan hanya sebuah kegagalan; itu adalah bencana!”

Buku tersebut terjual 2 juta eksemplar dalam 22 tahun. Edisi yang diperbarui, dirilis pada tahun 1992, telah terjual sebanyak 1,5 juta eksemplar.

Dobson meluncurkan Focus on the Family sebagai program radio mingguan berdurasi 15 menit pada tahun 1977. Para pendengar mula-mula mendapati bahwa psikolog tersebut tidak dapat berbicara banyak dalam durasi tersebut, dan sering kali kesulitan menjawab pertanyaan. Lalu produser merombak formatnya pada tahun 1981, mengubah acara tersebut menjadi percakapan harian berdurasi setengah jam dengan Gilbert Moegerle, seorang pembawa acara berpengalaman dan ayah dari tiga anak.

Acara Focus on the Family kemudian dikemas dan didistribusikan bersama program setengah jam Chuck Swindoll, Insight for Living, dan program tersebut pun menjadi sangat populer. Pada tahun 1982, acara Dobson tayang di 800 stasiun radio Kristen setiap hari. Pada tahun 1990-an, ketika lembaga Focus on the Family pindah dari California Selatan ke Colorado Springs, pelayanan tersebut harus mempekerjakan 350 orang untuk menangani surat-surat harian.

Lembaga Focus on the Family berkembang menjadi perusahaan multimedia senilai $140 juta, dengan buku, majalah, acara televisi, dan, tentu saja, serangkaian program radio populer yang menjangkau sekitar 220 juta orang di lebih dari 150 negara.

Mungkin program yang paling berpengaruh adalah Adventures in Odyssey, sebuah drama radio yang menceritakan petualangan sekelompok anak muda yang berkumpul di toko minuman dan es krim di sebuah kota kecil, sambil belajar pelajaran hidup dari pemilik toko dan penemu yang sudah tua, John Avery Whittaker. Acara tersebut menjadi salah satu program yang paling banyak didengar di radio Kristen dan menjadi “titik persentuhan budaya yang penting bagi banyak orang Injili dari generasi tertentu,” menurut majalah Relevant.

Dobson juga mendirikan Family Research Council, sebuah lembaga pemikir politik dan organisasi advokasi. Dobson selalu tertarik pada politik Amerika, tetapi menjadi lebih aktif dan vokal pada tahun 1990-an.

Dia sangat tersinggung oleh imoralitas Presiden Bill Clinton—dan fakta bahwa negara sepertinya hanya peduli dengan keadaan ekonomi. Ia mulai secara teratur mendesak pendengarnya untuk menghubungi Kongres, Gedung Putih, atau lembaga pemerintah tertentu untuk menyuarakan pendapat mereka.

Anggota kongres dari Partai Republik, Joe Scarborough, yang kemudian menjadi komentator TV, mengingat bahwa para pendengar Dobson “membanjiri sambungan telepon kami” karena RUU pendidikan. Staf pemimpin Partai Demokrat, Tom Daschle, dilaporkan memutuskan untuk mengganti nomor telepon kantor setelah ribuan pendengar Dobson memenuhi saluran telepon untuk memprotes manuver prosedural yang dia lakukan di senat.

Dobson mengatakan kepada CT bahwa beliau tidak bisa menoleransi “isolasionisme” Kristen ketika taruhannya begitu tinggi.

“Yang dipertaruhkan adalah hakikat iman Kristen—kemurnian, penghormatan terhadap kehidupan, stabilitas keluarga, kasih kepada Tuhan, dan penerimaan terhadap Injil itu sendiri,” tulisnya. “Kita tidak boleh gentar sekarang!”

Dobson mendukung calon presiden untuk pertama kalinya pada tahun 2004, mendukung pencalonan kembali George W. Bush dan mendesak presiden untuk mendukung amandemen konstitusional yang mendefinisikan pernikahan sebagai ikatan antara seorang pria dan seorang wanita. Pada tahun berikutnya, beliau menyerahkan kepemimpinan Focus of the Family kepada Jim Daly, presiden saat ini.

Dobson meluncurkan program radio yang baru, Dr. James Dobson’s Family Talk, dan mendirikan Dr. James Dobson Family Institute, di mana ia terus berbicara tentang isu-isu politik.

“Tidak ada seorang pun … yang telah melakukan begitu banyak upaya untuk menyelaraskan gerakan Injili dengan politik partisan yang keras,” lapor CT pada tahun 2006. “‘Keluarga’ tidak lagi identik dengan bisbol dan pai apel. “Kata itu telah menjadi kata yang kontroversial, dan bahkan kata yang dipolitisasi.”

Dobson mengatakan beliau tahu aktivitas politiknya menyinggung orang-orang lain dan banyak orang Injili menginginkannya untuk fokus pada memberi nasihat tentang pengasuhan anak saja. Dia tidak dapat menerima hal itu, katanya, ketika Amerika terjebak dalam “perang nilai-nilai.”

“Apakah kita sebagai orang Kristen begitu ingin disukai sedemikian rupa,” beliau bertanya, “sehingga kita memilih untuk tetap diam dalam menanggapi pembunuhan bayi, penyebaran propaganda homoseksual kepada anak-anak kita, pembagian kondom dan nasihat tidak bermoral kepada remaja kita, dan perusakan institusi pernikahan? Apakah Yesus akan mengabaikan tindakan-tindakan jahat ini?”

Pada tahun-tahun terakhirnya, Dobson adalah pendukung setia Presiden Donald Trump. Dobson mengatakan bahwa meski ia memiliki kekhawatiran yang sama dengan banyak orang Injili tentang perilaku pribadi dan retorika pedas dari Trump, komitmen kandidat tersebut untuk mendukung para hakim yang pro-kehidupan di Mahkamah Agung lebih penting daripada hal lainnya.

Keputusan Mahkamah Agung untuk membatalkan putusan Roe v. Wade pada tahun 2022, setelah Trump menunjuk hakim Neil Gorsuch, Brett Kavanaugh, dan Amy Coney Barrett, membuktikan bahwa itu adalah keputusan yang tepat, kata Dobson.

Dobson meninggalkan istrinya, Shirley, dan anak-anak mereka, Danae dan Ryan.

Diterjemahkan oleh Maria Fennita.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, X, Instagram, atau Whatsapp.

Our Latest

Alkitab Lebih dari Sekadar Buku yang Harus Diketahui

Alkitab adalah kisah yang harus dihidupi dan para rohaniwan harus memimpin jalannya.

Menggembalakan dengan Senyuman Palsu

Saya sering menyembunyikan pergumulan saya dari gereja karena saya takut orang-orang akan memanfaatkannya untuk menyerang saya.

Apakah Sudah Saatnya Menghentikan ‘Saat Teduh’?

Keterlibatan alkitabiah yang efektif haruslah lebih dari sekadar pengalaman pribadi seseorang dengan Kitab Suci.

Public Theology Project

Berhati-hatilah dengan yang Anda Pura-purakan

Anda dapat memalsukan cara Anda untuk kejahatan, tetapi tidak untuk kebaikan.

Ketika Jemaat Menyimpan Derita

Cara berkhotbah dan memimpin di kala jemaat Anda mengalami trauma.

Bagaimana Kabar Saya? Buruk!

Gereja bukanlah tempat untuk senyum yang dipaksakan dan kata-kata penghiburan yang dibuat-buat.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube