Calvin University dan Calvin Theological Seminary akan memberikan penghargaan Kuyper Prize 2025 kepada pemberita Injil dan pendeta yang berbasis di Jakarta, Stephen Tong.
Penghargaan ini, yang dinamai sesuai nama teolog dan politikus Belanda, Abraham Kuyper, diberikan kepada cendekiawan atau pemimpin masyarakat yang kontribusinya mencerminkan “ide dan nilai yang menjadi ciri dari visi Neo-Calvinis Kuyper terkait keterlibatan agama dalam hal-hal yang penting secara sosial, politik, dan budaya.”
Berbasis di Indonesia, Stephen Tong yang berusia 84 tahun ini terkenal di dunia berbahasa Mandarin karena kampanye penginjilannya yang besar dan memperkenalkan banyak orang pada teologi Reformed. Menurut situs webnya, beliau telah berkhotbah kepada 37 juta orang di seluruh dunia dalam 66 tahun pelayanannya. Ia mendirikan Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI) pada tahun 1978, membuka kantor di banyak tempat di dunia untuk mendukung upaya penginjilannya.
“Saya merasa sangat terhormat dan terharu menerima penghargaan ini,” kata Tong dalam sebuah pernyataan. “Satu-satunya kerinduan saya adalah melayani Tuhan dan menyebarkan kebenaran-Nya kepada bangsa-bangsa.”
Stephen Tong lahir di Xiamen, Tiongkok, tetapi keluarganya melarikan diri ke Indonesia selama revolusi Komunis Tiongkok. Pada tahun 1989, ia mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia, yang masih ia gembalakan hingga kini. Kompleks gereja besar yang dirancang sendiri oleh beliau itu terletak di kota Jakarta yang ramai, tempat di mana 84 persen penduduknya beragama Islam. Kompleks gereja tersebut meliputi tempat ibadah yang dapat menampung 6.500 orang, aula konser, galeri seni, seminari, dan sekolah Kristen dari tingkat SD hingga SMA. Stephen Tong juga telah menggubah lebih dari 200 himne.
Dalam kampanye penginjilannya di Asia dan di seluruh dunia, beliau kerap memasukkan sejarah Tiongkok, filsafat Barat, dan teologi Reformed ke dalam khotbah-khotbahnya serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para hadirin. Ia juga seorang kritikus vokal terhadap Partai Komunis Tiongkok. Meskipun Tiongkok telah melarangnya memasuki negara tersebut, pesan-pesan beliau telah menyebar di kalangan umat Kristen di Tiongkok, awalnya melalui rekaman suara dan baru-baru ini di internet.
“Dedikasi Pendeta Stephen Tong seumur hidup terhadap penginjilan telah memberikan dampak yang sangat besar bagi jutaan orang di seluruh dunia,” kata Greg Elzinga, presiden Calvin University, yang baru saja diumumkan sebagai presiden ke-13 universitas tersebut. “Komitmennya yang teguh untuk menyebarkan Injil, terutama di wilayah-wilayah di mana kekristenan sering kali menghadapi tantangan, merupakan bukti yang luar biasa dari iman dan visi beliau.”
Penerima Penghargaan Kuyper sebelumnya termasuk pengusaha Sid Jansma Jr., seniman Makoto Fujimura, teolog Kolombia Ruth Padilla DeBorst, pengacara Rachel Denhollander, kolumnis David Brooks, pendeta dan aktivis hak-hak sipil John Perkins, dan Daniel Bourdanné, mantan sekretaris jenderal International Fellowship of Evangelical Students (IFES), yang wafat pada September lalu.
Pada tahun 2017, Princeton Theological Seminary membatalkan keputusannya untuk memberikan Penghargaan Kuyper kepada Tim Keller menyusul kontroversi mengenai pandangannya tentang perempuan dalam kepemimpinan pastoral dan pendeta LGBT. Sejak itu, penghargaan tersebut diselenggarakan oleh Calvin.
Tim Keller dan Stephen Tong pernah sama-sama menjadi pembicara di sebuah konferensi untuk para pemimpin gereja Tiongkok yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 2020. Pembahasan di konferensi itu difokuskan pada bagaimana Injil berhubungan dengan budaya, khususnya ketekunan di tengah penganiayaan. Kemudian, lima orang Kristen Tionghoa ditangkap karena menghadiri konferensi tersebut.
Pemenang Penghargaan Kuyper terdahulu, Richard Mouw, mencatat penyebaran teologi Kuyper secara global.
“Gerakan Kuyperian, yang dulunya terbatas pada kelompok-kelompok Calvinisme Belanda di Amerika Utara dan Belanda, kini telah berkembang secara internasional,” kata presiden emeritus Fuller Seminary itu. “Pekerjaan yang serius terhadap pemikiran Kuyper kini sedang berlangsung, misalnya, di daratan Tiongkok.”
Diterjemahkan oleh Maria Fennita S.