Berkhotbah kepada Orang yang Tertidur

Terkadang ada sesuatu yang lebih daripada sekadar pendengar yang bosan.

Christianity Today August 14, 2024
Illustration by Mallory Rentsch / Source Images: Getty / Unsplash

Saya rasa rekor dia adalah 15 menit.

Biasanya, dia akan tertidur dalam waktu kurang dari 10 menit. Saudara Leroy (bukan nama sebenarnya) sepertinya tidak bisa tetap terjaga selama khotbah. Dan dia bukan orang yang tidur dengan senyap. Terkadang, ia mendengkur, tetapi sering kali ia akan menengadahkan kepalanya, dengan mulut menganga, dan tertidur begitu lelap sehingga saya tidak yakin dia akan terbangun mendengar sangkakala malaikat Gabriel.

Setelah kebaktian, seperti biasa saya akan berdiri di dekat pintu keluar. Lalu Saudara Leroy akan mengangguk dan berkata kepada saya, “Khotbah yang bagus, Pak Pendeta.”

Saya akan jujur memberitahu Anda bahwa sebagai seorang pendeta muda, saya sangat tersinggung dengan orang ini. Jika sebagian besar jemaat tertidur, saya mungkin akan menyimpulkan bahwa sayalah masalahnya. Namun masih banyak orang lain yang benar-benar mendengarkan. Kesalahannya ada pada Saudara Leroy.

Saya menyimpulkan bahwa Leroy adalah orang yang tidak rohani dan tidak memiliki kesukaan pada pemberitaan Firman Tuhan. Orang Kristen seharusnya menghargai Firman Tuhan. Bagaimana mungkin Anda bisa tertidur di saat seseorang sedang membagikan Injil dengan penuh semangat?

Apakah Anda bosan dengan Yesus, Saudara Leroy? Mengapa Anda repot-repot datang ke gereja? Apa yang Anda dapatkan dari kepura-puraan ini?

Belas kasihan kepada jemaat yang mengantuk

Lalu saya bercakap-cakap dengan Saudara Leroy. Ia berkata kepada saya, “Saya sangat menghargai khotbah Anda, Anak Muda.” Kemudian ia tertawa kecil dan mengatakan, “Setidaknya pada bagian-bagian di mana saya terbangun. Saya benar-benar meminta maaf jika Anda pernah melihat saya mengangguk-angguk tertidur…”

(Oh, saya memperhatikan, Leroy. Bagaimana tidak?!?!?)

“Saya sedang menjalani pengobatan yang mengharuskan saya minum obat di pagi hari, dan saya tidak bisa tetap terjaga. Saya mencobanya, tetapi obat itu sepertinya selalu menang.”

Karena masih muda dan bodoh pada saat itu, saya mungkin menyimpulkan bahwa Leroy hanya membuat-buat alasan untuk tidur. Namun bertahun-tahun kemudian saya menjadi lebih dewasa (setidaknya sedikit lebih dewasa) dan memikirkan tentang beberapa “orang-orang yang tertidur” dalam gereja kami. Ada seorang ibu tunggal, seorang pria yang bekerja jaga malam, dan seorang pria lanjut usia yang sedang menjalani pengobatan kanker. Dan tiba-tiba saya menyadari bahwa mereka berada di gereja dan bahkan tertidur, karena mereka memang menghargai Firman Tuhan.

Kebanyakan dari mereka tidak ingin tertidur. Mereka tidak meremehkan Firman Tuhan; mereka hanya sedang menjadi manusia apa adanya. Tertidurnya mereka tidak mengomunikasikan apa pun tentang khotbah saya atau tentang kasih mereka kepada Allah. Ini sama seperti saya yang suka menonton sepak bola Amerika. Namun pada sebagian besar hari Minggu, saya akan tertidur karena kelelahan berkhotbah.

Kiat-kiat berkhotbah kepada jemaat yang mengantuk

Ada seorang pria di gereja saya yang sekarang sedang mengidap kanker berat. Ia tertidur setidaknya selama sebagian besar khotbah saya setiap Minggu. Akan tetapi saya sungguh senang melihatnya hadir. Saya mengenal pria ini sebelum ia diberi berbagai macam obat untuk membuatnya tetap hidup, dan saya tahu betapa ia mengasihi Yesus.

Saya tahu saya punya waktu sekitar lima hingga 10 menit di awal dan biasanya sedikit waktu di akhir. Jadi, saya akan memberikan potongan-potongan kecil pada lima menit pertama dan lima menit terakhir, hanya demi memberinya makanan rohani. Satu atau dua baris kalimat penyemangat. Hal itu biasanya sesuatu yang berhubungan dengan teks khotbah yang saya tahu akan bisa dicerna olehnya sebelum ia tertidur.

Lucu sekali karena khotbah yang ia bilang kepada saya “sangat bagus dan bermanfaat baginya,” biasanya tidak sejalan dengan pesan keseluruhan khotbah. Namun ia diberi makan apa yang bisa ia cerna. Dan saya tahu ia makan sedikit bagian tersebut karena ia mencintai Firman Tuhan.

Sungguh menakjubkan apa yang terjadi ketika kita dapat mengabaikan ego kita sendiri dan belajar tidak tersinggung secara pribadi terhadap jemaat yang tertidur. Hal ini mengubah perspektif kita. Tujuan saya bukanlah untuk membuatnya tetap terjaga sepanjang khotbah. Tujuan saya sekarang adalah memberi dia makan apa pun yang saya bisa selagi ia terjaga. Hal ini adalah cara untuk mengasihi dia apa pun kondisinya pada hari itu. Jika rasul Paulus saja pernah mendapati seseorang tertidur pada saat khotbahnya (Kis. 20:9), hal ini juga mungkin akan terjadi pada Anda.

Tantangan dari jemaat yang mengantuk

Nasihat ini bukan berarti kita harus berhenti berusaha untuk membuat setiap orang tetap menyimak dan terjaga. Anda seharusnya bisa mengenali apakah jemaat Anda memperhatikan atau tidak. Mereka mungkin tidak tertidur, tetapi jika mereka terus bergerak di kursi mereka, memeriksa jam tangan mereka, melihat ke sekeliling ruangan, dan sebagainya, maka kemungkinan besar Anda telah kehilangan perhatian mereka.

Jika seseorang tertidur di gereja Anda, dan penyebabnya bukan karena obat-obatan atau kelelahan, kemungkinan besar masalahnya adalah kejelasan.

Pernahkah Anda membaca sebuah buku dan lalu menyadari bahwa Anda telah membaca sepanjang tiga halaman, tetapi belum memproses apa pun yang telah Anda baca itu? Hal itu dikarenakan ada sesuatu yang mengganjal di otak Anda. Mungkin karena ada kata yang sulit, konsep yang rumit, atau bahkan sesuatu yang memicu pemikiran lain. Namun apa pun alasannya, entah mengapa, otak kita tidak bisa melanjutkannya.

Hal serupa juga terjadi dalam berkhotbah. Jika kita tidak jelas dalam menyampaikan, kata-kata kita pasti akan membuat orang tersandung. Saya suka kata-kata Einstein, “Segala sesuatunya harus dibuat sesederhana mungkin, tetapi tidak boleh lebih sederhana.” Dalam hal ini, jemaat yang mengantuk dapat menjadi tantangan bagi kita. Jika saya hanya punya waktu beberapa menit sebelum obat Anda bekerja, hal itu akan memotivasi saya untuk berbicara sebanyak mungkin dan sesederhana mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Berkhotbah dan mendengarkan Firman yang diberitakan adalah hal-hal yang sakral. Namun hal-hal tersebut juga merupakan hal sakral yang kita lakukan sebagai manusia, dan kita terkadang lemah. Roh kita gemar dengan Firman yang diberitakan, tetapi tubuh kita tidak selalu mampu bekerja sama. Ketika hal ini terjadi, jemaat kita tidak membutuhkan seorang gembala yang marah-marah dan merendahkan mereka. Mempermalukan jemaat yang tertidur hanya akan melahirkan rasa malu dan legalisme.

Kasihilah jemaat Anda apa pun keadaan mereka. Bahkan ketika hal itu berarti mereka berada di land of Nod/tanah Nod (Ket.: Ini adalah permainan kata, "Nod" merupakan nama tempat ke mana Kain diusir Allah setelah membunuh Habel, tetapi kata ini dalam bahasa Inggris juga juga berarti terangguk-angguk saat sedang tertidur).

Mike Leake adalah pendeta Gereja Calvary Neosho di Neosho, Missouri. Artikel ini pertama kali diterbitkan di Lifeway Research. Silakan kunjungi artikel mereka di sini.

Diterjemahkan oleh Ivan K. Santoso.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, Instagram, atau Whatsapp.

Our Latest

Laporan Lausanne: Sebagian Besar Misionaris Menjangkau yang Sudah Terjangkau

Laporan Keadaan Amanat Agung (The State of the Great Commission) menelaah tantangan dan peluang di tengah lanskap misi yang terus berubah.

Ketika Pelayanan Melukai Keluarga Anda

Nasihat yang berasal dari pengalaman sulit untuk menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan Tuhan.

Saya Menemukan Penghiburan dalam Pahlawan Ilahi

Sebuah mazmur yang mencengangkan mengubah pandangan saya tentang kehadiran Allah selama masa-masa pencobaan.

Gereja Adalah Keluarga, Bukan Acara

Alkitab menyebut sesama orang Kristen sebagai “saudara laki-laki dan perempuan,” tetapi seberapa sering kita memperlakukan mereka sebagai keluarga?

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube