Pada forum pengasuhan anak baru-baru ini tentang anak-anak dan teknologi di gereja saya, saya memberikan contoh kegagalan saya membesarkan anak remaja. Bahkan saat menceritakan kembali, saya bisa merasakan kepanikan seakan peristiwa-peristiwa tersebut sedang terjadi saat itu juga.
Ketika tanggung jawab kita sebagai orang tua bersinggungan dengan kenyataan sulit di dunia kita, saat itulah rasa takut muncul. Dan orang tua dewasa ini menghadapi ketakutan itu.
Di antara media sosial, pergeseran etika seksual, skandal pelecehan seks, pandemi, pornografi, dan semua tantangan umum dalam membesarkan anak, konsensusnya jelas: Mengasuh anak di masa kini adalah sulit. Orang tua Kristen merasa takut, mungkin lebih dari yang saya lihat selama 25 tahun pelayanan saya.
Kita ingin melindungi anak-anak dari godaan dan pengaruh negatif, tetapi tugas itu terasa sangat berat. Kita bisa merasa tidak berdaya, seperti diminta berlayar melalui perairan yang belum dipetakan dengan monster di kiri dan kanan. Namun di tengah ketakutan saya sebagai orang tua, Tuhan mengingatkan saya tentang pertolongan kekal yang bisa dijadikan sebagai kompas: Dia mengingatkan saya tentang apa yang tidak berubah.
Apakah anak-anak saya menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan teknologi dan tekanan sosial? Pada satu sisi, iya. Namun jika diamati lebih dekat, ini adalah tantangan-tantangan lama dengan kemasan baru. Kitab Pengkhotbah berusaha keras untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang baru di bawah matahari.
Saya selalu menganggap pesan ini sedikit mengecewakan, tetapi di masa-masa sulit, pesan ini menjadi kekuatan penstabil yang saya butuhkan. Tantangan-tantangan ini bukannya belum pernah terjadi sebelumnya. Perairan ini bukannya belum pernah dipetakan. Tuhan yang kekal memandang generasi ini dan tidak melihat masalah baru. Tidak hanya itu, Dia bersiap, seperti yang selalu dilakukan-Nya, untuk setia kepada generasi ini dan semua generasi.
Apakah anak-anak saya pasti kewalahan oleh godaan di hadapan mereka? Puji Tuhan, tidak. Saya telah lama menghargai jaminan dalam 1 Korintus 10:13 bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan keluar dari pencobaan. Akan tetapi membesarkan anak-anak remaja membantu saya merenungkan ayat itu: “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa.” Pencobaan-pencobaan terhadap generasi ini bukanlah hal baru atau tidak terduga. Semua pencobaan itu setua sejarah manusia.
Apa yang tampaknya belum pernah terjadi sebelumnya bagi kita hanyalah mekanisme lain untuk melakukan dosa lama, sebuah metode modern untuk menyerah pada godaan kuno. Teknologi memberi kita cara baru untuk menyerah pada godaan nafsu lama. Tren budaya memberi kita cara baru untuk menyerah pada pencobaan lama tentang menentukan nasib sendiri, keinginan sendiri, dan pemujaan diri. Para orang tua yang cemas dapat mengingat bahwa dosa-dosa yang biasa ini datang dengan jalan keluar dari Tuhan.
Orang tua dari semua generasi bergumul dengan ketakutan, baik ketakutan yang wajar maupun yang tidak wajar. Saya menduga bahwa para orang tua Kristen dari generasi sebelumnya yang membesarkan anak-anak dalam kelaparan, penganiayaan, kemiskinan, wabah penyakit, perbudakan, dan perang akan mempertanyakan apakah kita menghadapi tantangan luar biasa di generasi kita.
Sumur hikmat yang sama yang tersedia bagi mereka juga tersedia bagi kita. Jalan keluar yang sama dari pencobaan biasa juga tersedia bagi kita dan anak-anak kita. Tuhan yang sama yang merupakan batu karang dan benteng mereka juga adalah benteng dan batu karang kita hari ini.
Meskipun kita sangat menginginkannya, kita tidak dapat menjaga anak-anak kita agar selalu aman dari dunia. Yang dapat kita lakukan adalah menjadi orang tua dengan ketakutan yang tepat, mendidik anak kita untuk menghadapi berbagai risiko di sekitar kita, dengan dilandasi rasa hormat kepada Tuhan.
Seperti yang dikatakan oleh Tim Kimmel, tugas kita bukanlah membesarkan anak-anak yang aman, tetapi membesarkan anak-anak yang kuat. Anak-anak memiliki “penciuman rohani” yang sensitif. Mereka bisa mencium ketakutan dalam diri kita. Kita berhutang keharuman Kristus kepada mereka dalam interaksi kita sehari-hari dengan mereka. Jadi, biarlah pola asuh kita dimotivasi bukan oleh ketakutan akan generasi kita tetapi oleh rasa takut akan Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat. Orang tua yang dimotivasi oleh rasa takut yang ditempatkan dengan benar akan membawa aroma khas yang dibutuhkan anak-anak agar dapat tumbuh kuat di dunia yang sedang, selalu, dan akan selalu tidak aman.
Ketika kita sebagai orang tua mencontohkan ketenangan dalam menghadapi ketidakpastian dan kebijaksanaan dalam menghadapi pencobaan, kita mengundang anak-anak kita untuk memiliki kekuatan karakter yang sama. Kita mengundang mereka untuk takut sebagaimana mestinya di zaman yang tidak menentu ini.
Diterjemahkan oleh Denny Pranolo.