Melihat Yesus, Mengertilah Mereka

Renungan Adven, 24 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 24, 2022
Stephen Crotts

Minggu 4: Imanuel


Saat kita berjalan menyelami peristiwa-peristiwa seputar Kelahiran Yesus, kita merenungkan Inkarnasi. Yesus—Allah yang Perkasa, Raja Damai, Terang Dunia—menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dinubuatkan Yesaya, Ia berarti ”Allah beserta kita.” Yesus adalah Imanuel.

Baca Lukas 2:21–40

"Sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa." LUKAS 2:30–31

Mengasuh anak itu sulit, dan kali pertama menjadi orang tua akan menambah beban kesulitan tersendiri. Segalanya menjadi hal baru—mulai dari merasakan detak jantung pertama dari kehidupan di dalam rahim hingga kali pertama menggendong dan melihat anak Anda, kali pertama memandikannya, kali pertama menyusuinya, ucapan pertamanya, langkah pertamanya. Begitu banyak hal yang pertama!

Bayangkan bagaimana menjadi Yusuf dan Maria, bepergian dengan bayi mereka yang baru lahir, dari Betlehem ke Yerusalem. Perjalanan itu memakan waktu beberapa jam dengan berjalan kaki. Dalam ketaatan penuh, mereka melakukan perjalanan pertama kalinya sebagai orang tua baru, berpartisipasi dalam tradisi mendedikasikan diri dan anak mereka bagi Tuhan.

Semua berjalan sesuai rencana sampai Simeon yang benar dan saleh itu tiba. Dia telah menantikan pembebasan bagi Israel, dan ketika memasuki pelataran Bait Allah, dialah yang pertama mengalaminya. Pada saat itu, Tuhan memenuhi janji-Nya bahwa Simeon tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias. Ketika melihat bayi Yesus, mengertilah dia.

Dan Simeon tidak hanya melihat Dia—Simeon menatang-Nya. Pada momen itu, Simeon secara nyata memahami bahwa keselamatan Tuhan yang telah dinubuatkan oleh para nabi bukan hanya dalam skala global melainkan juga secara intim dan personal. Keselamatan itu sendiri diwujudkan di dalam bayi yang bersuara dan menggeliat di lengannya. Seraya Simeon menyembah dan berbicara tentang keselamatan Tuhan, Maria dan Yusuf kagum, mungkin saja mereka mengingat instruksi para malaikat bahwa mereka harus menamai anak mereka Yesus, nama yang berkaitan dengan keselamatan dari Tuhan.

Sementara Simeon berbicara kepada Maria, Hana mendatangi mereka dan mengkonfirmasi pujian penyembahan nubuatan Simeon dengan mengucap syukur kepada Allah. Selama berdekade-dekade, seluruh hidup Hana berpusat pada ibadah kepada Tuhan, berdoa, dan berpuasa. Ketika melihat Yesus, mengertilah Hana. Dia tahu ini adalah Anak yang mereka nanti-nantikan untuk menebus umat Allah, jadi dia berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang mau mendengarkan. Terang yang dijanjikan bagi bangsa-bangsa telah tiba.

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Melalui Maria dan Yusuf, serta Simeon dan Hana, kita melihat kilasan gambaran tentang bagaimana pengabdian kepada Tuhan dan kehidupan yang benar. Kita menyaksikan ketaatan dan iman, disiplin dan dedikasi, penantian dan penyembahan. Mereka melihat Imanuel. Mereka menatang Imanuel. Mereka mengenal Imanuel. Mereka berbicara tentang Imanuel.

Saat kita merayakan Imanuel pada Adven ini, marilah kita berjalan dalam ketaatan penuh seperti Maria dan Yusuf. Mari kita mempraktikkan pengabdian, ketulusan, dan kehidupan yang penuh pujian seperti Simeon. Mari kita menjadi seperti Hana, yang berdoa, berpuasa, dan berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang mau mendengar. Tidak ada penebusan di dalam nama yang lain.

Kristie Anyabwile adalah penulis Literally: How Understanding Bible Genress Transforms Bible Study dan editor His Testimonies, My Heritage.

Renungkan Lukas 2:21–40.


Apa yang paling menarik bagi Anda dari kisah Simeon dan Hana? Bagaimana teladan mereka—serta teladan Maria dan Yusuf—mendorong dan menginspirasi Anda di Malam Natal ini?

Diterjemahkan oleh Vika Rahelia.

Our Latest

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Mengapa Ada Begitu Banyak Teolog yang Marah?

Teologi seharusnya menghasilkan buah Roh, bukan perbuatan daging.

Silsilah Alkitab Memberitakan Kabar Baik

Pohon keluarga Yesus menyampaikan lebih dari sekadar pelajaran sejarah.

Kesengsaraan Perlu menjadi Bagian dalam Khotbah Kita

Matthew D. Kim percaya bahwa membahas tentang penderitaan adalah bagian dari panggilan seorang pengkhotbah.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube