Tuhan Sumber Rahmat dan Kuasa

Renungan Adven, 21 Desember 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Kumpulan Renungan Adven 2022.

Christianity Today December 21, 2022
Stephen Crotts

Minggu 4: Imanuel


Saat kita berjalan menyelami peristiwa-peristiwa seputar Kelahiran Yesus, kita merenungkan Inkarnasi. Yesus—Allah yang Perkasa, Raja Damai, Terang Dunia—menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Seperti yang dinubuatkan Yesaya, Ia berarti ”Allah beserta kita.” Yesus adalah Imanuel.

Baca Lukas 1:57–80

Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya. LUKAS 1:68

Kita, manusia, cenderung tidak bisa menggenggam rahmat dan kuasa dengan tetap baik. Mereka yang mendapatkan kekuasaan sering menikmatinya dan cenderung mencari lebih, sementara mereka yang murah hati cenderung menyerahkan kekuasaan (atau membiarkan itu diambil dari mereka). Tentu saja ada beberapa pengecualian, tetapi pada umumnya, kita tahu dan dapat mengamati bahwa keseimbangan ini tidak mudah untuk dicapai. Namun tidak seperti kita, Tuhan adalah sama penuh kuasa dan rahmat-Nya, sempurna dalam memperlihatkan kedua sifat tersebut satu per satu.

Kita melihat kekuatan kemurahan Tuhan disoroti dengan beberapa cara dalam kisah tentang kelahiran dan masa-masa awal Yohanes Pembaptis ini. Faktanya, tema kekuatan yang murah hati ini tersembunyi di depan mata bagi kita, para pembaca bahasa Indonesia. Kita mengetahui bahwa Elisabet ingin menamai anak laki-laki itu Yohanes sesuai dengan pesan yang diberikan Gabriel kepada Zakharia (Luk. 1:13). Orang-orang di sekitarnya terkejut; ini tidak selaras dengan kebiasaan menamai anak, yang biasanya dinamai dengan nama seseorang di dalam keluarga. Jadi mengapa Yohanes (Yohanan dalam bahasa Ibrani)? Artinya adalah “Tuhan itu pengasih,” dan anak laki-laki ini akan memberitakan karya anugerah Tuhan bagi seluruh dunia.

Zakharia tidak dapat berbicara sejak hari di mana dia mengetahui bahwa istrinya akan mengandung. Namun segera setelah dia menuliskan nama anak laki-laki itu, kemampuan berbicaranya dipulihkan, dan dia meluap-luap dalam pujian. Melalui tanda ini, orang-orang mengetahui bahwa anak laki-laki ini istimewa. Mereka bertanya satu sama lain, “Menjadi apakah anak ini nanti?

Namun Zakharia mengarahkan pandangan mereka ke arah yang benar. Ya, anak laki-laki ini memiliki peran yang khusus, namun Tuhan-lah yang harus dipuji. Tuhan yang berkuasa atas semua “akan melawat kita,” kata Zakharia, dan akan berada di tengah umat-Nya.

Akan tetapi kuasa Tuhan tidak akan diperlihatkan dengan menindas. Sebaliknya, kuasa itu akan memerdekakan. Tuhan telah “menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan” untuk “menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita” dan supaya “kita terlepas dari tangan musuh.”

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, ikuti kami melalui email, Facebook, Twitter, atau Telegram.

Pemikiran tentang Allah yang menunjukkan rahmat terkait dengan pemikiran bahwa umat Allah berada di dalam dosa. Seperti nenek moyang mereka yang menerima nubuatan serupa (1Sam. 2:10; Mik. 7:20; Yeh. 16:60), mereka pantas dihukum tetapi mereka menerima limpahan kasih karunia.

Mengapa Tuhan melakukan ini? Agar kita bisa melayani Dia. Ini adalah sebuah karunia agar kita dapat benar-benar mengalami “Tuhan beserta kita.” Nyanyian pujian Zakharia menjanjikan pengampunan atas dosa-dosa kita dan pencerahan untuk memimpin kita di “jalan damai.” Ketika Lukas melanjutkan Injilnya, ia akan kembali ke tema ini berkali-kali, menyoroti bagaimana kedatangan Mesias mengerjakan pemulihan dan keadilan-kebenaran serta pendamaian yang kekal.

Madison N. Pierce adalah profesor Perjanjian Baru di Western Theological Seminary. Buku-bukunya termasuk di antaranya Divine Discourse in the Epistle to the Hebrews.

Renungkan Lukas 1:57–80.


Pada bagian mana dalam perikop ini Anda melihat kuasa Tuhan yang luar biasa? Pada bagian mana Anda melihat kemurahan dan kasih karunia Allah? Berdoalah, nyatakanlah respons Anda kepada Tuhan.

Diterjemahkan oleh Catharina Pujianto.

Our Latest

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Mengapa Ada Begitu Banyak Teolog yang Marah?

Teologi seharusnya menghasilkan buah Roh, bukan perbuatan daging.

Silsilah Alkitab Memberitakan Kabar Baik

Pohon keluarga Yesus menyampaikan lebih dari sekadar pelajaran sejarah.

Kesengsaraan Perlu menjadi Bagian dalam Khotbah Kita

Matthew D. Kim percaya bahwa membahas tentang penderitaan adalah bagian dari panggilan seorang pengkhotbah.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube