Salib Mengubah Segalanya

Mengapa Penyaliban adalah pusat teologi dan hidup kita.

Christianity Today April 30, 2022
Maica / Getty

Salib Kristus adalah pusat keselamatan. Salib adalah titik yang penting, titik di mana segala sesuatu tentang Injil bertemu. Jika Anda bertanya kepada seorang Kristen, “Dalam satu kata, bagaimana cara Allah menyelamatkan orang berdosa?” maka respons iman yang sehat akan segera menjawab dengan penuh keyakinan: Salib.

Tentu saja iman yang sehat juga akan bertanya, “Boleh saya menjawab lebih dari satu kata?” Salib menjadi pusat yang bermakna hanya ketika diakui sebagai pusat dari sesuatu yang lebih luas. Keselamatan dalam tujuh istilah mungkin terdiri dari:Salib, Inkarnasi, Kebangkitan, dan Kenaikan, serta Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Keselamatan dalam 20 kata bahkan bisa menjelaskan lebih banyak ide yang terkandung dalam jawaban yang lebih pendek. Ribuan lidah bernyanyi, memuji Tuhanku, tulis Charles Wesley dalam himnenya! Iman Kristen sangatlah fasih dan mengesankan ketika membahas tentang keselamatan; sebagai seorang teolog, saya senang menjelaskan kepada Anda tentang keselamatan dengan menggunakan sebanyak mungkin kata yang Anda mau. Namun, dorongan untuk menguraikan kebesaran Tuhan dalam karya keselamatan sama kuatnya dengan dorongan untuk meringkaskan seluruh pesan menjadi poin utama.

Meski demikian, pernyataan ringkas selalu dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada realitas yang lebih besar. Setiap kali kita mengatakan sesuatu tentang Salib, kita hampir selalu menggunakan kiasan yang disebut metonimia . Sebuah kata menjadi metonimia ketika kita menggunakannya untuk merujuk pada sesuatu yang lain, biasanya sesuatu yang lebih besar yang terkait erat dengannya. Ketika Paulus berkata bahwa ia hanya bermegah “dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Gal. 6:14), dia memakai suatu benda (sebuah kayu besar yang digunakan sebagai alat hukuman mati) untuk merujuk kepada sesuatu yang lain: kematian Yesus dan efeknya dalam mendamaikan kita dengan Allah. Demikian pula, ketika orang-orang Kristen menyanyikan lagu-lagu tentang salib, kita sangat menyadari bahwa apa yang kita hargai bukan hanya “salib tua yang kasar,” tetapi Anak Allah yang menggunakan salib itu pada karya-Nya dalam mencari dan menyelamatkan yang hilang. Salib berarti Kristus tersalib. Semua ini melintas di benak orang Kristen dalam sekejap ketika kata "salib" disebutkan.

Kini mari kita berpikir lebih luas: Ketika kita berbicara tentang Kristus yang disalibkan, sesuatu yang lain juga melintas di benak orang Kristen: kehadiran Kristus yang bangkit dan naik ke surga, yang di hadirat-Nya saya menulis kata-kata ini dan Anda membacanya. Dialah yang berkata, "Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya!” (Why. 1:18). Dan di balik Pribadi yang telah bangkit itu terdapat kedalaman tak terbatas dari pribadi-Nya yang kekal sebagai Putra Bapa dalam persekutuan Roh Kudus dalam kehidupan sempurna dari Allah Tritunggal yang mulia. Semua ini tersirat dalam perkataan orang Kristen tentang kematian Yesus. Kita tidak pernah bermaksud mengisolasi kematian Kristus, seolah-olah itu terputus dari seluruh kehidupan-Nya, pra-eksistensi dan pemuliaan-Nya, atau mengisolasi Bapa dan Roh Kudus yang tak terpisahkan dalam penggenapan karya keselamatan kita.

Rasul Paulus mengetahui hal ini. Ketika ia berkata bahwa ia “memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa … selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1Kor. 2:2), yang ia maksudkan adalah dia berfokus pada titik pusat, bukan berarti dia mengabaikan Kebangkitan atau Roh Kudus (yang keduanya banyak dibicarakannya dalam 1 Korintus). Paulus mengarahkan kepada Salib: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci” (1Kor. 15:3). Paulus memulai pesannya yang mengubah dunia itu dengan Salib dan memusatkan pesan yang mengubah hidupnya pada Salib. Ia tahu bagaimana menunjukkan realitas total dari keselamatan Tuhan, tetapi dia juga tahu bagaimana untuk memfokuskannya.

Gereja mula-mula mengetahuinya. Pengakuan Iman Rasuli menceritakan versi yang sangat singkat tentang kehidupan Yesus, melompat dari “lahir dari Perawan Maria” melewati masa 33 tahun kehidupan-Nya, langsung ke hari-hari terakhir-Nya: “menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam Kerajaan Maut.” Untuk sebuah kredo pendek, ada begitu banyak penekanan yang ditempatkan di satu tempat. Namun fokus pada kematian Yesus ini berada tepat di tengah kredo yang mengajarkan seluruh maksud Trinitas dan karya Tuhan dari Penciptaan hingga “kebangkitan tubuh, dan hidup yang kekal.” Kredo ini berpusat pada Salib dan segala sesuatu ada di sekelilingnya.

Charles Wesley mengetahui hal ini. Himnenya “Mungkinkah Aku Beruntung?” memusatkan perhatian kita pada kematian Kristus yang penuh pengorbanan: “Kasih ajaib, o, mungkinkah, Tuhan mati menggantikanku.” Tetapi kematian yang menakjubkan itu didukung dan dilatarbelakangi oleh seluruh doktrin, dari Sang Putra kekal yang, karena kasih karunia yang bebas dan tak terbatas, “tinggalkan takhta mulia" agar orang percaya dimuliakan “dalam t'rang kebenaran-Nya” dan menghampiri “takhta anugerah.” Ini adalah sebuah himne tentang kematian Kristus, yang juga merayakan semua karya dan rencana Tuhan serta memohon kepada Tuhan itu sendiri.

Paulus mengetahuinya, gereja mula-mula mengetahuinya, Wesley mengetahuinya, dan hari ini kita juga mengetahuinya. Mengakui sentralitas Salib bukan hanya latihan dalam mengalibrasi penekanan doktrinal kita agar tepat atau menjaga agar pandangan teologis kita tetap benar. Ini adalah masalah realitas spiritual yang mendalam.

Sentralitas Salib mengubah segalanya. Ketika Anda menerima Kabar Baik bahwa Yesus mati untuk Anda, itu seperti menjatuhkan batu di kolam yang tenang: Riaknya menyebar ke tepian kenyataan yang terjauh. Kematian Kristuslah yang memampukan kita untuk mati bagi diri kita sendiri. Kematian-Nya itulah yang membenarkan kita di hadapan kebenaran Allah yang sempurna, yang membebaskan kita, yang memberi kita keberanian untuk menghadapi penganiayaan. Komunitas yang berpusat pada Salib adalah kumpulan besar orang-orang yang telah diperdamaikan dengan Allah dan satu sama lain melalui Salib. Orang-orang yang berpusat pada Salib tahu bagaimana untuk mati, belajar bagaimana untuk hidup, dan mengasihi sebagaimana mereka telah diubahkan selamanya oleh kasih yang mereka terima.

Ini adalah rahasia terbuka tentang bagaimana orang Kristen menghidupi kematian Kristus. Sepanjang masa Paskah, kita mendapatkan serangkaian pengingat akan Penyaliban, dan kita semua tahu bahwa hal tersebut bermakna lebih dari itu. Salib mengingatkan kita akan seluruh jangkauan keselamatan, dan jangkauan keselamatan tersebut mengingatkan kita akan kasih Allah yang tak terbatas. Ketika kita melihat Salib, kita langsung mengenali bahwa Salib melambangkan kematian Yesus, yang berdiri di tengah kehidupan inkarnasi yang sempurna dan kebangkitan yang mulia dari Putra Sang Bapa yang mahakuasa. Salib tidak pernah berdiri sendiri melainkan Salib sebagai pusatnya. Iman Kristen tahu akan hal ini: Iman Kristen tahu untuk menekankan tentang Salib. Tetapi menekankannya berarti mengangkatnya untuk maksud khusus, bukan untuk mengisolasinya.

Fred Sanders adalah seorang teolog yang mengajar di Torrey Honors Institute di Universitas Biola. Dia telah menulis, mengedit, atau berkontribusi dalam beberapa buku, termasuk The Deep Things of God: How the Trinity Changes Everything . Anda bisa mengunjugi blognya di ScriptoriumDaily.com .

Artikel ini adalah bagian dari The Cross, edisi khusus CT yang menampilkan artikel dan sesi Pemahaman Alkitab untuk Prapaskah, Paskah, atau waktu-waktu lain dalam setahun. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang membeli salinan cetak dari The Cross untuk gereja atau kelompok kecil Anda di OrderCT.com/TheCross . Jika Anda pelanggan CT, Anda dapat mengunduh salinan digital gratis The Cross di MoreCT.com/TheCross .

Diterjemahkan oleh: Denny Pranolo

Untuk diberi tahu tentang terjemahan baru dalam Bahasa Indonesia, berlangganan buletin, ikuti kami melalui Facebook, Twitter, atau Instagram.

Our Latest

Laporan Lausanne: Sebagian Besar Misionaris Menjangkau yang Sudah Terjangkau

Laporan Keadaan Amanat Agung (The State of the Great Commission) menelaah tantangan dan peluang di tengah lanskap misi yang terus berubah.

Ketika Pelayanan Melukai Keluarga Anda

Nasihat yang berasal dari pengalaman sulit untuk menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan Tuhan.

Saya Menemukan Penghiburan dalam Pahlawan Ilahi

Sebuah mazmur yang mencengangkan mengubah pandangan saya tentang kehadiran Allah selama masa-masa pencobaan.

Gereja Adalah Keluarga, Bukan Acara

Alkitab menyebut sesama orang Kristen sebagai “saudara laki-laki dan perempuan,” tetapi seberapa sering kita memperlakukan mereka sebagai keluarga?

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube