Akhir

Renungan Adven, 28 November 2021.

Christianity Today November 28, 2021

Untuk mengunduh kumpulan renungan “Berita Injil di Masa Adven,” klik di sini.

Minggu Adven 1: Kembalinya Kristus dan Pemerintahan Kekal


Minggu ini, kita berfokus pada Kedatangan Kristus yang kedua kalinya: pengharapan kita yang pasti akan kembalinya Kristus. Kita menggali gambaran Kitab Suci tentang kuasa Kristus dan penghakiman yang adil, serta masa depan gemilang yang kita nantikan bersama Tuhan dalam ciptaan baru.

Baca Titus 2:11–14 & Wahyu 1:7–8

Kita mulai dari akhir. Bukan di palungan. Bukan dari orang Majus yang memberi hadiah atau para gembala yang bersukacita karena keheranan. Bukan dari kunjungan Maria ke Elisabet atau mimpi Yusuf yang didatangi malaikat. Kita mulai bukan dari Kedatangan Kristus yang Pertama, tetapi dari yang Kedua.

Seperti buku cerita yang bab-babnya tidak teratur, masa Adven—dan memang seluruh tahun liturgi Kristen—dimulai di akhir.

Ini bukan akhir yang menjemukan dan menyenangkan di mana, “mereka hidup bahagia selamanya.” Ini akhir yang indah dan menakutkan, mengagumkan dan mengerikan.

Ini akhir yang jauh melampaui batas pemahaman kita sebagai manusia: Dia akan datang kembali dalam kemuliaan, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berkesudahan.

Adven dimulai dengan eschaton (yang akhir): dengan kuasa dan kemuliaan Kristus, penghakiman-Nya yang adil, kemenangan akhir dan pemerintahan kekal-Nya. Ini membuat kita tersadar dari sentimentalitas Natal, mengundang kita masuk ke dalam kisah kosmos yang jauh lebih agung dan luas, di mana Tuhan yang berinkarnasi, dibaringkan di palungan dan melangkah ke salib, yang suatu hari kelak akan duduk di atas takhta, dan setiap lutut akan bertekuk dan segala lidah mengaku bahwa Dialah Tuhan (Flp. 2:6-11).

Sebagaimana respons Yesaya ketika melihat kekudusan Allah, satu-satunya respons natural kita ketika merenungkan keajaiban dan kemuliaan akan Kedatangan Kristus yang Kedua adalah dengan berkata, “Celakalah aku! Aku ini seorang yang najis bibir” (Yes. 6:1-5). Saat kita merenungkan kekudusan dan kuasa Kristus, kita berlutut dalam pertobatan dan kerendahan hati. Dan seperti Tomas dalam perjumpaannya dengan Kristus yang bangkit, kita juga menyatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh. 20:28).

Kedatangan Yesus yang Kedua menjelaskan bahwa mengikut Yesus berarti menyerahkan semua pada ketuhanan-Nya dalam ketaatan dan penyembahan. Kita meresponi janji kedatangan Kristus kembali—yang merupakan “pengharapan yang mulia”—dengan kerinduan dan penantian yang membentuk hidup kita di sini dan sekarang ini, yaitu ketika kita mengatakan “Tidak” terhadap godaan dosa dan hidup sebagai orang yang “rajin berbuat baik” (Tit. 2:11-14).

Ketika kita mulai dari akhir, Adven mengejutkan kita dengan cara yang benar: menyentak kita keluar dari kekristenan kita yang nyaman dan pemuridan yang biasa, lalu menarik kita ke dalam pertobatan, pengabdian, dan pengharapan yang lebih dalam. Ketika kita memulai dengan visi eskatologis ini, kita dapat mendekati palungan itu dengan tepat—karena kita tahu bahwa di sanalah sang Juruselamat, terbungkus dengan kain lampin. Kedatangan-Nya yang mulia itu sungguh merupakan pengharapan kita yang indah, “Allah dan Juruselamat kita yang agung, Yesus Kristus.”

Kelli B. Trujillo adalah editor di Christianity Today.

Renungkan Titus 2:11–14 dan Wahyu 1:7–8. (Opsi: Renungkan juga Filipi 2:6–11.)

Bagaimana kedatangan Kristus kembali di masa depan membentuk hidup Anda di sini dan sekarang ini?
Saat Anda merenungkan kedatangan, penghakiman, dan pemerintahan Kristus, bagaimana Anda ingin menanggapinya?

Diterjemahkan oleh: Denny Pranolo

Our Latest

News

Wafat: Andar Ismail, Penulis Produktif yang Membuat Teologi Menjadi Sederhana

Dengan seri Selamat karyanya, pendeta Indonesia ini menulis lebih dari 1.000 cerita pendek yang menyoroti kehidupan dan ajaran Yesus.

Kematian karena Swafoto

Kita tidak akan pernah melihat kemuliaan Tuhan jika kita hanya melihat pada diri kita sendiri.

Mengapa Ada Begitu Banyak Teolog yang Marah?

Teologi seharusnya menghasilkan buah Roh, bukan perbuatan daging.

Silsilah Alkitab Memberitakan Kabar Baik

Pohon keluarga Yesus menyampaikan lebih dari sekadar pelajaran sejarah.

Kesengsaraan Perlu menjadi Bagian dalam Khotbah Kita

Matthew D. Kim percaya bahwa membahas tentang penderitaan adalah bagian dari panggilan seorang pengkhotbah.

Apple PodcastsDown ArrowDown ArrowDown Arrowarrow_left_altLeft ArrowLeft ArrowRight ArrowRight ArrowRight Arrowarrow_up_altUp ArrowUp ArrowAvailable at Amazoncaret-downCloseCloseEmailEmailExpandExpandExternalExternalFacebookfacebook-squareGiftGiftGooglegoogleGoogle KeephamburgerInstagraminstagram-squareLinkLinklinkedin-squareListenListenListenChristianity TodayCT Creative Studio Logologo_orgMegaphoneMenuMenupausePinterestPlayPlayPocketPodcastRSSRSSSaveSaveSaveSearchSearchsearchSpotifyStitcherTelegramTable of ContentsTable of Contentstwitter-squareWhatsAppXYouTubeYouTube