Mauricio Rodriguez menggunakan kata keluarga untuk menggambarkan orang-orang di gereja Angelus Temple. Ia masih mengingat senyuman dan pelukan yang ia, ibu dan saudara perempuannya terima di gereja Los Angeles itu waktu mereka pertama kali tiba pada tahun 1988 sebagai imigran yang melarikan diri dari perang saudara di Nikaragua. Mereka pergi ke gereja karena mereka membutuhkan makanan. Angelus Temple memberikan makanan sebagai bagian dari pelayanan yang dimulai selama Depresi Besar, oleh Aimee Semple McPherson, seorang revivalis terkenal yang mendirikan Gereja Internasional Foursquare Gospel.
Ia banyak memikirkan hal itu, karena The Foursquare Church, yang mengadopsi pelayanan multibahasa dalam tahun-tahun awalnya dan yang telah lama mengadvokasi kepemimpinan multikultural, untuk pertama kalinya mempekerjakan seorang pengacara keberagaman (diversity advocate) untuk bekerja pada tingkat denominasi. Rodriguez memegang posisi itu pada 2019, untuk penugasan satu tahun.
“Ada kesempatan yang sedang Tuhan letakkan tepat di depan kita,” kata Rodriguez. “Dengan cara yang sama ketika saya disambut waktu saya datang sebagai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun yang tidak mengerti bahwa saya adalah seorang imigran dan tidak mengerti bahasa mereka, kasih mengatasi hambatan bahasa yang ada dan juga apa pun, saat kita benar-benar mengasihi sesama kita seperti Tuhan mengasihi kita.”
Selama satu tahun, Rodriguez menemukan beberapa tantangan bagi orang-orang dari berbagai bahasa dan kelompok etnis untuk memulai gereja Foursquare di Amerika Serikat.
Ada pendeta-pendeta dari 74 negara, berbicara dalam 33 bahasa yang berbeda, dalam denominasi Amerika Serikat. Ada juga 477 jemaat imigran yang beroperasi sebagai pelayanan gereja-gereja Foursquare yang sudah didirikan. Pimpinan berharap untuk meluncurkan 200 lagi pada tahun 2020.
“Sangat mudah untuk membuat proses melalui lensa administrasi,” kata Rodriguez. “Cara pandang pun berubah ketika Anda pergi kepada orang-orang dimana anda terpanggil untuk melayani. Salah satu faktor kunci dari peran saya adalah untuk tidak pergi dan berbicara dengan koordinator lisensi kami atau administrator atau staf distrik tetapi untuk pergi ke lapangan dan mendengar perspektif [pendeta]. ”
Beberapa tantangan muncul saat mengurus proses perizinan. Salah satunya, sebagian besar pengurusannya dilakukan secara online. Itu bisa menjadi hal yang sulit bagi pendeta yang dari budaya yang berbeda, kata Dan Cho, yang bergabung dengan Rodriguez dalam wawancara dengan pendeta pada bulan September.
“Mereka datang dari negara-negara di mana mereka tidak mau untuk menaruh informasi pribadi mereka di situs web,” kata Cho, “atau membiarkan pemerintah mengetahui tentang informasi itu karena kasus penganiayaan.”
Mereka tidak selalu merasa mampu melakukan proses online yang “mandiri”. Banyak dari budaya mereka menegaskan tentang komunitas di atas nilai-nilai individualisme dan efisiensi Amerika Serikat.
Beberapa kata dan konsep dalam bahasa Inggris juga tidak diterjemahkan dengan baik. Seorang pendeta bivokasional Nepal bingung dengan pertanyaan lamaran tentang berapa jam yang dia habiskan untuk “melakukan pelayanan.” Pendeta tersebut, yang juga adalah seorang tenaga medis, menemukan konsep pelayanan bivokasional sulit untuk dipahami. Dia memberi tahu Rodriguez bahwa dia memandang perannya dalam bidang kesehatan sebagai bagian dari pelayanannya juga.
“Saya bahkan tidak pernah memikirkan pertanyaan itu,” kata Rodriguez. “Saya mendapati diri saya berkata, ‘Ya, kita semua melakukan pelayanan di mana pun kita berada.’ ”
Rodriguez menyelesaikan tugas satu tahunnya di bulan Desember. Dia dan Cho menyampaikan temuan dan rekomendasi mereka kepada kepemimpinan eksekutif Foursquare pada minggu pertama bulan Januari, dan gereja memutuskan untuk mejadikan pengacara keberagaman sebagai sebuah posisi tetap. Cho ditunjuk untuk pekerjaan itu.
Penugasan Rodriguez adalah bagian dari upaya lebih besar yang dilakukan Gereja Foursquare untuk menanggapi perubahan demografis bersejarah di Amerika Serikat — Biro Sensus memperkirakan negara itu akan menjadi mayoritas non-kulit putih pada tahun 2044 — dan melanjutkan warisannya dalam menyambut dan menyebarkan Injil ke berbagai bahasa, budaya, dan etnis. Denominasi Pentakosta memiliki sejarah panjang tentang multikulturalisme, melihat ke belakang waktu mereka mengadakan kelas sekolah Minggu dalam bahasa Spanyol, Jepang, dan Jerman pada tahun 1925.
“Ini bukanlah sesuatu yang baru bagi kami,” kata Emily Plater, yang ditunjuk tahun lalu untuk mengawasi misi Amerika Utara, termasuk pelayanan multikultural Amerika Serikat. “Kadang kita harus ingat bahwa itu adalah bagian penting dari kita … sejak awal kita berdiri. ”
Pada bulan September tahun 2018, Gereja Foursquare menyelenggarakan sebuah pertemuan summit untuk memfokuskan kembali pada keberagaman. Sekitar 70 pemimpin denominasi berkumpul di kantor pusat Foursquare di Los Angeles untuk membahas kepentingan teologis dari gagasan keberagaman dan komitmen dari setiap denimonasi untuk mendukung berbagai komunitas.
“Ini adalah percakapan tentang budaya-yang lebih luas di Amerika Serikat-tetapi kenyataannya hal ini adalah benar-benar percakapan kuno dan alkitabiah,” kata Plater. “Ketika saya berpikir tentang keragaman dalam konteks apa yang kita lakukan sebagai gereja dan denominasi, itu adalah cara yang praktis dan pragmatis untuk dibicarakan dan mengevaluasi komitmen absolut kita untuk memberikan akses kepada Injil bagi semua orang.”
Perhatian baru-baru ini tentang imigrasi memberi penekanan tentang perlunya mengambil langkah-langkah yang jelas untuk menyambut orang-orang dari seluruh dunia dan mendorong keragaman ras dan budaya, kata para pemimpin denominasi.
“Tuhan sedang membawa dunia ke Amerika,” kata Huey Hudson, ketua dewan pemimpin gereja dan pendeta senior dari Gereja Restorasi Foursquare di Madison, Alabama. “Kita harus menemukan cara untuk melibatkan orang-orang dari berbagai ras, budaya dan etnis ke dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan di Amerika.”
Denominasi itu juga membawa seorang pengacara imigrasi, Debra Valladares, untuk membantu para imigran di gereja menavigasi kompleksitas hukum dalam sistem Amerika Serikat.
Gereja Foursquare sedang memasuki masa transisi. Pada musim gugur, Randy Remington akan menggantikan Glenn Burris Jr. sebagai presiden denominasi. Kepemimpinan yang baru ini diharapkan untuk dapat melanjutkan fokus pada keberagaman.
“Dukungan di balik proyek ini dari kepemimpinan senior kami sangat menyemangati,” kata Cho. “Tidak ada yang tidak tersedia, hal yang cukup mengejutkan bagi saya bahwa sebuah denominasi yang telah melisensikan orang-orang selama beberapa dekade bersedia untuk mengatakan, ‘Semuanya sudah tersedia. Anda bisa melihatnya. Jika ada sesuatu yang tidak masuk akal, Anda dapat mengubahnya.’ ”
Rodriguez berpendapat seperti itulah artinya untuk peduli kepada orang lain seakan mereka adalah keluarga.
Ia meninggalkan Amerika Serikat setelah penugasannya selama satu tahun, kembali ke Nikaragua untuk menjalankan pelayanan nirlaba bagi para ibu-ibu muda bernama Tree of Life ’84. Namun ia berharap denominasi itu akan terus menyambut dan melayani para pendeta dari setiap suku, bahasa, dan bangsa dengan cara yang sama dengan orang-orang di Angelus Temple menyambut keluarganya lebih dari 30 tahun yang lalu.
“Sudah seharusnyalah gereja peduli kepada orang-orang dan mengasihi mereka, sama seperti Tuhan kepada kita di mana pun kita berada,” kata Rodriguez. “Kami dalam denominasi akan terus bergerak maju dan bertemu dengan orang-orang di mana mereka berada saat mereka datang serta menjangkau bangsa ini.”
Lanie Anderson adalah seorang penulis dan mahasiswa seminari di Oxford, Mississippi.